Baikpapan (ANTARA) - Menteri Pertanian (Mentan) Republik Indonesia, Andi Amran Sulaiman, menargetkan Kalimantan Timur (Kaltim) dapat mencapai swasembada pangan paling lambat pada 2026. Target tersebut diyakini realistis dengan sinergi pemerintah pusat, daerah, serta pemanfaatan teknologi dan infrastruktur pertanian secara maksimal.
“Insya Allah kita target paling lambat tahun depan. Kalimantan Timur sudah tidak lagi membeli beras dari tempat lain," kata Amran dalam dalam jumpa persnya di Kodam VI/Mulawarman, Kota Balikpapan, Kamis (8/5).
Untuk mendukung pencapaian itu, Amran menyampaikan, Kementerian Pertanian (Kementan) telah menyiapkan anggaran sebesar Rp500 miliar.
Menurut Amran, anggaran itu difokuskan pada berbagai upaya percepatan produksi pangan di Kaltim, antara lain dengan mempercepat pembukaan dan pencetakan lahan sawah baru, pemenuhan kebutuhan pupuk, serta perbaikan saluran irigasi.
“Langkah pertama adalah cetak sawah kita percepat. Kemudian pupuk harus cukup, dan irigasi harus diperbaiki,” katanya.
Amran optimistis, swasembada pangan di Kalimantan Timur dapat dicapai sesuai jadwal dengan strategi yang terukur dan dukungan penuh dari semua pihak.
Saat ini, kebutuhan konsumsi beras di Kaltim mencapai 450 ribu ton per tahun. Tapi, produksi beras di wilayah tersebut hanya mampu memenuhi 200 ribu ton.
Dia menyebut defisit sebesar 250 ton di Kaltim, sehingga Benua Etam masih ketergantungan pasokan dari luar daerah.
Amran juga menekankan perluasan lahan tanam melalui optimalisasi lahan tidur atau tidak produktif.
Menurutnya, Kalimantan Timur memiliki potensi besar dalam hal ketersediaan lahan yang masih belum tergarap secara maksimal.
“Kami juga akan mencari lahan tidak produktif untuk mencetak sawah,” katanya.
Selain memperluas lahan, peningkatan produksi juga akan dilakukan dengan mengadopsi teknologi tinggi di sektor pertanian. Penggunaan varietas unggul, mekanisasi pertanian, dan sistem irigasi modern dinilai mampu meningkatkan hasil panen secara signifikan.
“Kami juga akan menggunakan teknologi tinggi seperti pesawat nir-awak untuk menabur benih,” ujarnya.
Tantangan iklim
Amran menyinggung keberhasilan sektor pertanian nasional yang justru mencetak rekor produksi tertinggi pada saat terjadi kondisi iklim ekstrem tahun lalu. Tantangan cuaca justru menjadi motivasi untuk berinovasi dan memperkuat daya tahan petani.
“Dengan iklim yang ekstrem justru membuat kita kuat dan cerdas. Produksinya melompat,” tuturnya.
Bahkan, kualitas beras yang dihasilkan pada masa itu juga mengalami peningkatan, meski di tengah tekanan cuaca yang tidak bersahabat.
Amran meyakini Kaltim mampu mewujudkan swasembada pangan, terutama di bawah kepemimpinan kepala daerah yang memiliki visi pertanian yang kuat.
Lewat upaya terkoordinasi, Kaltim diharapkan tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan beras secara mandiri, tetapi juga menjadi lumbung pangan baru di kawasan timur Indonesia.
Sementara, Gubernur Kaltim Rudy Mas'ud mengatakan bahwa ini sangat antusias untuk bersinergi dan melakukan akselerasi dengan pemerintah pusat untuk mencapai swasembada pangan di Kaltim.
"Kami memiliki wilayah yang cukup luas, di luar tambang dan sawit kami masih memiliki ratusan ribu hektare lahan yang siap dibuka untuk lahan pertanian," kata Rudy.
Rudy menilai program swasembada pangan di Kaltim sudah tepat sasaran, meskipun sampai saat ini Kaltim masih mengandalkan provinsi lain.
Kendala di Kaltim, lanjut Rudy, adalah di kemampuan, bibit, pupuk, teknologi, irigasi dan kebutuhan lain di bidang pertanian.
"Tapi dengan kedatangan Mentan ke Kaltim, insya Allah ke depan Kaltim sudah tidak perlu lagi impor pangan dari daerah lain, apalagi kami di Kaltim ini adalah etalase dari Indonesia dengan adanya Ibu Kota Nusantara (IKN)," ujarnya.