Balikpapan (ANTARA) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Balikpapan Kukuh Ribudiyanto mengimbau masyarakat di Kalimantan Timur, untuk mewaspadai potensi angin puting beliung yang dapat terjadi selama masa peralihan musim dari hujan ke kemarau.
"Pada masa peralihan yang perlu diwaspadai adalah angin puting beliung karena kejadian itu sangat rentan terjadi di masa peralihan," kata Kukuh di Balikpapan, Selasa (29/4).
Hingga akhir April, lanjutnya, wilayah Kalimantan Timur masih berada pada puncak kedua musim penghujan.
"Setelahnya, sudah mulai masuk masa peralihan musim, dan diperkirakan akhir Juni sudah masuk musim kemarau," katanya.
Menurut Kukuh, puting beliung umumnya terjadi pada siang atau sore hari dan diawali dengan ciri-ciri tertentu.
Salah satu ciri sebelum terjadi angin kencang itu adalah udara yang terasa panas dan pengap, langit yang tampak cerah namun tiba-tiba berubah menjadi mendung gelap, serta angin yang berubah arah dan bertiup kencang secara tiba-tiba.
"Biasanya menjelang puting beliung, awan tumbuh sangat cepat membentuk awan cumulonimbus, langit menjadi gelap, disertai angin kencang, dan tak lama kemudian hujan deras turun disertai petir," jelasnya.
Menurut Kukuh, Angin puting beliung termasuk kejadian lokal, namun dampaknya bisa signifikan. Biasanya berlangsung singkat, tapi cukup merusak bila terjadi di kawasan padat atau permukiman.
Setelah masa peralihan usai atau sudah memasuki musim kemarau, Kukuh mengingatkan potensi peningkatan gelombang laut di Selat Makassar saat kemarau nanti akibat angin selatan.
Baca juga: BMKG Balikpapan imbau warga waspada dampak pasang laut 2,8 meter
"Gelombang dari tenggara dan selatan akan lebih dominan, dan bisa mengganggu aktivitas nelayan serta pelayaran kecil," ujarnya.
BMKG mengimbau masyarakat untuk memperhatikan peringatan dini cuaca yang dikeluarkan secara berkala, serta menghindari berlindung di bawah pohon atau baliho saat terjadi hujan disertai angin dan petir.
"Kenali ciri-ciri cuaca ekstrem, waspadai kondisi langit, dan segera berlindung ke tempat aman jika cuaca memburuk secara tiba-tiba," katanya.
Sementara itu, lanjut Kukuh, di puncak kedua musim penghujan, BMKG mencatat curah hujan harian di beberapa wilayah Kaltim sudah melebihi ambang normal.
Kukuh menerangkan, secara normal, curah hujan bulanan di Kalimantan Timur berkisar antara 300 hingga 500 milimeter, dan untuk harian berkisar di 50 hingga 100 mililiter.
Namun dalam kondisi ekstrem, curah hujan harian yang tinggi bisa menjadi pemicu bencana hidrometeorologi, seperti banjir dan angin kencang.
Kukuh mencontohkan seperti di Mahakam Ulu dan Kutai Barat, intensitas hujan mencapai 170 milimeter, sementara di Balikpapan mencapai 120 milimeter.
"Dan ini menyebabkan sejumlah kawasan tergenang serta longsor kecil," ungkapnya.
Pada puncak kedua musim penghujan, kerap terjadi hujan lokal dengan durasi singkat namun disertai angin kencang dan petir. Menurut Kukuh situasi tersebut normal terjadi pada puncak kedua musim penghujan.
"Jadi itu hanya kondisi pertumbuhan awan lokal, tidak ada pengaruh dari siklon atau siklus tertentu," demikian Kukuh.
Baca juga: BMKG imbau warga Kaltim waspada bencana hidrometeorologi basah