Balikpapan (ANTARA) - Blue Sky Hotel Balikpapan mengandalkan penguatan sektor makanan dan minuman (Food and Beverage/F&B) untuk menjawab tantangan ekonomi di tahun 2025.
"Sejak awal tahun terjadi penurunan tingkat hunian (okupansi)," kata Manajer Umum Blue Sky Hotel Balikpapan, Firman Tamin saat jumpa pers, Senin (28/4).
Ia tak menampik, penurunan itu disebabkan adanya kebijakan efisiensi serta berkurangnya aktivitas di Ibu Kota Nusantara (IKN), Kota Balikpapan adalah pintu gerbang dari kota masa depan tersebut.
Firman menjelaskan Blue Sky Hotel Balikpapan memiliki sebanyak 12 ruang rapat dan 1 balai riung (ballroom). Sebelum dilakukan efisiensi, Blue Sky Hotel Balikpapan kerap menjadi salah satu wadah untuk pertemuan dari instansi pemerintah.
Lebih lagi saat masih banyak agenda terselenggara di IKN, tingkat okupansi hotel di Balikpapan hampir menyeluruh mencapai 100 persen.
Namun hal itu berbeda pada tahun ini, oleh sebab itu, yang baru bertugas di Balikpapan mulai memutar otak agar mampu tetap eksis di tengah lesunya ekonomi.
Menurutnya salah satu strategi utama yang diterapkan adalah memperkuat promosi kios FnB, yang selama ini sudah dikenal luas masyarakat Balikpapan.
"Kami terus berbenah, kami tahu banyak hotel di Balikpapan, tapi kami tidak berhenti berinovasi, terutama dalam mengembangkan sektor F&B," kata Firman.
Selain memperkuat F&B, kata Firman, Blue Sky Hotel Balikpapan juga mengembangkan layanan dan paket-paket menarik untuk menggarap pasar domestik, terutama keluarga dan wisatawan individu (Free Individual Traveller/FIT).
"Kami menyiapkan berbagai paket yang menarik untuk pasar lokal agar mereka tertarik berkunjung ke hotel kami," katanya.
Firman menambahkan, Blue Sky juga mengoptimalkan sinergi dengan unit bisnis lain di bawah Blue Sky Group, seperti Decafe, Mantau, serta jaringan lounge yang tersebar di Jakarta, Balikpapan, dan Samarinda.
"Sinergi ini menjadi kekuatan untuk memperluas pasar di tengah lesunya pasar korporat dan pemerintahan," ujarnya.
Ia menegaskan, ke depan Blue Sky Hotel Balikpapan tidak hanya berfokus pada akomodasi, tetapi juga menciptakan pengalaman menyeluruh bagi tamu dengan kombinasi layanan kamar nyaman, fasilitas kuliner beragam, dan kemudahan akses layanan pendukung.
"Harapannya, seiring dengan bergeraknya pembangunan IKN dan meningkatnya mobilitas, Balikpapan sebagai kota penyangga akan merasakan dampak positif, dan Blue Sky siap menyambut peluang itu," katanya.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Balikpapan, Sugianto, menyatakan okupansi hotel di Balikpapan rata-rata berada di bawah 30 persen, jauh di bawah batas minimal operasional sebesar 40 persen.
“Situasi saat ini lebih buruk dibanding masa pandemi COVID-19,” ungkapnya.
Ia menjelaskan, pada masa pandemi, hotel masih dapat bertahan karena dialihfungsikan sebagai fasilitas karantina.
Namun pada tahun ini, meski terdapat momentum libur panjang seperti Idul Fitri 2025 dan Jumat Agung, tingkat okupansi tetap lesu.
“Libur Lebaran hanya mendongkrak okupansi sekitar 70 persen, turun dari 90 persen tahun lalu. Sementara saat Jumat Agung, sejumlah hotel bahkan tidak menerima tamu,” ujarnya.
PHRI mencatat penurunan mulai terasa sejak awal 2025, seiring menurunnya aktivitas kunjungan pejabat pusat ke Balikpapan.
“Kunjungan pejabat pusat, termasuk Presiden, selama ini mendorong okupansi. Tapi sekarang sudah tidak ada lagi,” ujarnya.