Balikpapan (ANTARA) - Pemerintah Kota Balikpapan melalui Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dan Perindustrian (DKUMKMP) menggelar pelatihan manajemen risiko koperasi.
"Pelatihan ini menekankan pentingnya penguatan manajemen risiko dalam koperasi guna menjaga keberlangsungan usaha sekaligus meningkatkan kepercayaan publik," jelas Kepala DKUMKMP Balikpapan Heru Ressandy Kusuma, Senin (28/4)..
Ia menyebutkan dalam pelatihan tersebut menghadirkan narasumber dari Lembaga Inkubator Mitra Solusi Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (KUMKM), Fredi Antoni dan Nabila Naimi, asal, Sumedang, Jawa Barat.
Berdasarkan materi yang dipaparkan, ujar Heru, koperasi dituntut menerapkan tata kelola yang baik, terutama dalam pelaporan keuangan dan pembentukan dana cadangan untuk mengantisipasi risiko usaha, seperti kredit macet.
"Jika koperasi tidak menerapkan manajemen yang baik, maka risiko usaha akan meningkat," tegasnya.
Hal tersebut, memiliki dampak kepercayaan anggota dan masyarakat bisa hilang, bahkan dapat mengancam keberlangsungan koperasi.
Heru menjelaskan dari 126 koperasi aktif di Balikpapan, saat ini hanya enam yang memenuhi kategori koperasi sehat, khususnya dalam aspek pengelolaan risiko.
"Ini menjadi gambaran pentingnya upaya perbaikan manajemen dan penguatan kapasitas koperasi di Balikpapan," ujarnya.
Melalui pelatihan ini, Heru berharap koperasi mampu lebih cepat menyusun dan menerapkan sistem manajemen risiko yang tepat, sehingga mampu meminimalkan kerugian dan beradaptasi dengan tantangan bisnis ke depan.
Pada kesempatan itu fasilitator pelatihan Fredi Antoni menuturkan bahwa pengelolaan risiko koperasi tidak hanya berkaitan dengan aspek keuangan, melainkan seluruh operasional usaha.
Namun, menurut dia, pengelolaan risiko keuangan merupakan aspek paling krusial, di mana dana cadangan menjadi instrumen awal yang harus dipersiapkan koperasi untuk menghadapi kemungkinan kerugian.
"Dana cadangan tidak hanya memperkuat modal koperasi, tetapi juga sebagai perlindungan menghadapi potensi kerugian yang bisa mengancam keberlangsungan usaha koperasi," kata Fredi.
Menurutnya, tantangan besar koperasi saat ini terletak pada sumber daya manusia (SDM) yang masih terbatas serta rendahnya adopsi teknologi digital, terutama pascapandemi COVID-19.
"Pendidikan perkoperasian sangat penting untuk membangun pola pikir (mindset) yang benar, agar koperasi dapat bersaing dengan badan usaha lain seperti perseroan terbatas," ujar Fredi.
Berdasarkan data Dinas KUMKM Balikpapan, dari 587 koperasi yang terdaftar, hanya 126 yang masih aktif, dan dari jumlah itu, hanya enam koperasi yang memenuhi kategori sehat berdasarkan pengelolaan risikonya.
"Selebihnya masih masuk kategori cukup sehat atau dalam pengawasan khusus," ungkapnya,
Fredi mengingatkan bahwa koperasi yang tidak segera memperbaiki tata kelola berisiko sulit mencapai status sebagai koperasi mandiri dan berdaya saing tinggi.
"Koperasi harus menjadi lembaga ekonomi yang kuat, mandiri, dan mampu bersaing dalam dunia usaha," katanya.