Pangandaran (ANTARA) - Johor menjadi tuan rumah berikutnya Pan Asia Hash (PAH) di 2024, Johor Hash House Harriers, dari kota berpenduduk kedua terbanyak di Malaysia; Johor Bahru terpilih dalam acara penutupan Pangandaran Pan Asia Hash 7-9 Oktober 2022.
“Sampai jumpa di Johor Bahru,” kata para hasher dari wilayah semenanjung Malaysia tersebut.
Malaysia sendiri adalah tempat asal mula kegiatan berlari lintas alam secara hash. Pada tahun 1938, saat resesi ekonomi tengah melanda dunia, sejumlah akuntan Inggris di Kuala Lumpur mencari kegiatan untuk mengisi waktu dan supaya tetap fit.
Di Inggris ada tradisi permainan mencari dan mengejar jejak, di mana seseorang berlari terlebih dahulu sambil meninggalkan tanda-tanda, dan jejaknya itu kemudian diikuti oleh rombongan.
Permainan itulah yang dipraktikkan Albert Stephen Gispert ("G"), Cecil Lee, Frederick Thomson ("Horse"), Ronald Bennett ("Torch"), Eric Galvin, H.M. Doig, and John Woodrow. Kata dalam kurung adalan nama julukan dan hanya dipakai di lingkungan hash.
“Ya, G memulai lari di Selangor, tak jauh juga dari Johor. Bila mau lepas dari Pan Asia Hash di Johor, bisa tengoh Mother Hash di Selangor,” kata Stencil, hasher dari Balikpapan Hash House Harriers yang mulai bergabung berlari sejak 1976.
Sebelum itu, gelaran PAH berlangsung meriah dan gembira di Pangandaran. Tidak kurang dari 3 ribu hasher atau pelari lintas alam dari 40 negara datang untuk turut menjelajah alam dan tempat-tempat wisata di Pangandaran dan sekitarnya.
“Seperti hari kedua Sabtu (8/10), kami lari di hutan dan kebun penduduk di kawasan Karang Nini, hingga turun ke pantai dan finish kembali ke Villa Allure,” tutur Ferry, juga hasher dari Balikpapan Hash House Harriers.
Lari pada Sabtu tersebut secara resmi disebut ‘ballbreaker run’, menempuh jarak 22 km di trek hutan, naik turun bukit. Sebab hujan turun sepanjang akhir pekan itu, jalan setapak di hutan menjadi licin dan berlumpur yang membuat peserta bertumbangan
Bahkan panitia terpaksa memindahkan trek yang melalui pantai karena pasang sedang naik tinggi. Karena itu sebagian besar peserta ballbreaker yang seluruhnya 300 orang tidak bisa memenuhi batas waktu pukul 13.00 sudah harus muncul di Pos 2.
Walhasil, Pos 2 pun jadi garis finish.
“Lumayanlah, Pos 2 ini sudah km ke-15. Kalau kita terus lari, kita ketinggalan party nanti,” kata Kuda Nil, hasher dari Deli Hash House Harriers, Medan, Sumatera Utara. Kuda Nil adalah nama hash dari Erwin, seorang pelari dan perenang andal.
Setelah ballbreaker memang ada pesta makan malam untuk menyambut seluruh hasher yang sudah datang jauh-jauh dari berbagai belahan dunia, meski label acara cukup Pan Asia saja.
“It’s my first time in Indonesia, and it’s pretty hot and humid here,” kesan Graeme ‘Special Needs’ dari Vancouver Hash House Harriers, Kanada.
Pada ballbreaker run, dua pelari Balikpapan Hash, Fransenli dan Ferry berada di urutan kedua dan ketiga. Bersama 150 finisher lainnya mereka mendapatkan medali dan kaus penanda dan pengingat lari ballbreaker hari itu.
Pada hari Minggu 9 Oktober, para hasher bisa memilih 3 lokasi sebagai tempat lari. Di setiap lokasi ada 2 trek yang tersedia, yaitu yang panjang 8 km dan pendek 4 km. Dari Villa Allure, hashers berangkat lari ke Green Canyon, ke Karang Nini, dan ke Cagar Alam Pangandaran.
“Kami lari pilih di Cagar Alam, maunya sedikit santai, eh, ternyata jadi ekstrem juga,” kata Nobita, hasher dari Jakarta dari klub hash Jaya Raya.
Kembali jalur yang basah setelah hujan semalaman menjadi licin oleh lumpur. Melihat para hasher meluncur, terpeleset hingga terduduk di trek menjadi pemandangan biasa, dan selalu diikuti gelak tawa. Yang jatuh pun segera bangkit berdiri dan meneruskan petualangan.
Mereka yang mengambil rute panjang di Cagar Alam disuguhi pemandangan Samudera Hindia dengan ombaknya yang menggemuruh dan air terjun yang airnya dingin menyejukkan di bawah cuaca panas dan kelembaban yang pengap hutan yang lebat.
“Lari di sini lebih ekstrem daripada kemarin di ballbreaker,” kata Special Needs, karena benar-benar melewati hutan alam, sebagian besar trek mengikuti jalur yang terjal dan curam, selain licin dan basah sebab hujan.
Maka Little Boy, hasher setinggi 180 cm dan berat 120 kg dari Amerika Serikat pun mengurungkan niatnya keluar jalur paving blok dan masuk trek tanah ,
Sepanjang jalan juga Special Needs banyak menolong hasher lain yang kesulitan ketika melewati medan turunan ataupun tanjakan.
Menurut Orangutan, hasher dari Sabah, Malaysia, memang beragam macam hasher. Ada yang senang berlari cepat dan jadi yang pertama, ada pula yang senang ngobrol di jalan serta menikmati pemandangan. Ada juga yang macam Special Needs, suka menolong orang lain.
“Macam-macam cara boleh buat menikmati hash. Yang penting kita semua fun, sehat, dan banyak kawan,” senyum Orangutan.
Kembali di hari Jumat di awal event, lari pertama red dress run sudah berlangsung di bawah titik gerimis. Namun demikian, kegembiraan para peserta tak surut. Mereka berlari di bawah hujan sejauh lebih kurang 4 km mengitari kawasan Villa Allure sebagai pemanasan buat ballbreaker keesokan harinya.
Red dress run, walaupun rutenya pendek, adalah juga lari spesial. Di sini semua peserta harus mengenakan dress, gaun, berwarna merah. Atau kalau pun tidak gaun, yang adalah busana untuk perempuan, kaus berwarna merah, atau apa pun yang berwarna merah.
“Makanya kita dapat sarung pantai ini, merah,” kata Wonder Woman, hasher teman Little Boy, yang dulunya adalah dokter tentara darat Amerika Serikat di Jerman.
Para peserta juga boleh pakai kostum apa saja yang dianggapnya menarik. Karena itu red dress run juga lebih mirip karnaval,
“Tapi tak sembarang karnaval, karena sebelum lari, kita wajib memberikan sumbangan untuk amal yang nanti disalurkan panitia kepada yang berhak,” kata Smiley dari Pattaya Hash, Thailand.
Hari hujan gerimis yang terus membesar pun dinikmati para hasher. Di depan pelari ada pembuka jalan dari patroli Polres Pangadaran dengan motor besar dan lampu biru berkerlap-kerlip. Di belakangnya ada rombongan penabuh gendang dan penari selamat datang—yang juga berkostum merah-merah.
Bahkan gendang pun dibalut kain merah. Panitia mengarahkan jalur lari sedikit lewat pusat keramaian di Pantai Pangandaran baru kembali lagi ke Villa Allure yang menyendiri di pinggiran kebun kelapa.
“Lucu-lucu ya orang-orang ini,” kata Ais, kasir di Indomaret persimpangan Jalan Bulak Laut, yang tokonya dilewati red dress run. Sejak Kamis 6/10, kata Ais, para hasher dari berbagai negara itu juga ramai berbelanja di conveniene store seperti Indomaret dan Alfamart itu.
“Yang dari Taiwan yang cerewet, tapi pakai bahasa isyarat sambil banyak senyum, bisa dah,” tutur Ais tertawa. Soal harga belanjaan kan tertera di struk dan terlihat di layar mesin kasir, jadi tak repot. Ais pun mengaku jadi bangga karena merasa penguasan Bahasa Inggrisnya lebih baik daripada para pengunjung dari Taiwan itu.
Di sepanjang Jalan Bulak Laut di mana banyak hotel, restoran, dan warung itu, selama 5 hari akhir pekan lalu, penuh hasher Malaysia, terutama yang beretnis Tamil. Yang beretnis Hakka antara lain ada di Hotel Arnawa dan hotel-hotel di selatannya.
“Ada tempat nyaman, Warung Alex namanya. Datanglah setelah party,” undang Arun dari Perak Hash House Harriers.
Selain untuk para hasher, PAH Pangandaran juga untuk memeriahkan hari ulang tahun ke-10 kabupaten ini. Meski diwarnai jalan yang terendam air di mana-mana saat hujan sepanjang pekan lalu, juga banyak yang gelap karena tak ada penerangan jalan, Pemkab Pangandaran cukup senang dan percaya diri.
“Terima kasih sudah datang ke Pangandaran, on on,…” tutup Bupati Jeje Wiradinata.