Penajam, (ANTARA) - Komunitas Gemar Belajar (Gembel) Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), Kalimantan Timur, menilai perlu langkah strategis berupa intensifikasi dan ekstensifikasi untuk menyelamatkan hutan mangrove di kabupaten tersebut dari kerusakan.
"Pola pertama yang bisa dilakukan adalah intensifikasi, yakni mengoptimalkan lahan yang ada melalui pemeliharaan, kemudian mengintensifkan segala sumber daya yang ada," ujar Koordinator Gembel Kabupaten PPU Achmad Fitriady di Penajam, Senin.
Sedangkan ekstensifikasi adalah memperluas penanaman pada lahan yang terdegradasi, yakni lahan yang dalam puluhan tahun lalu banyak ditumbuhi mangrove, namun saat ini tidak ada lagi akibat alih fungsi lahan.
Ia menuturkan ekosistem mangrovenya di Kebupaten PPU ada sekitar 13.000 hektare (ha), namun dari luasan ini ada sekitar 4.000 ha terancam rusak akibat persembahan dan industri.
Sebagai komunitas yang juga pecinta lingkungan, ia bersama rekan berbuat semampunya menyelamatkan mangrove, seperti yang dimulai pada 2017 hingga 2019, namun untuk tahun 2020 dan 2021 kegiatannya setop akibat pandemi.
"Pada 2017 dan 2019, Gembel bersama masyarakat, pemerintah dan swasta bekerjasama melakukan aksi sosial penanaman mangrove di Keluhan Kampung Baru, Kecamatan Penajam," ujar Ady, panggilan akrabnya
Menurutnya, sepanjang wilayah pesisir Penajam memiliki hamparan mangrove sepanjang 150 km di sepanjang garis pantai. Penghijauan di garis pantai ini sejalan dengan program pemda untuk pengembangan ekowisata.
Selain aksi sosial, lanjutnya, saat itu Gembel juga menggelar Festival Mangrove, yakni untuk mempromosikan jajanan olahan mangrove, kegiatan seni, dilanjutkan dengan penanaman 1.000 bibit mangrove.
"Tahun 2017 dan 2019 masing-masing menanam 1.000 mangrove dalam Festival Mangrove. Kami sudah sepakat agenda ini dikemas tiap tahun, namun karena pandemi maka tahun 2020 dan 2021 ini tidak dilakukan giat menyambut Hari Mangrove per 26 Juli," ucap Ady.