Samarinda (ANTARA) - Pihak berwenang di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) menyatakan kualitas hidup perempuan setempat masih rendah, sehingga pihaknya terus melakukan berbagai upaya untuk mendongkraknya.
"Ada kesenjangan capaian pada Indeks Pembangunan Manusia (IPM) laki-laki dan perempuan di Kaltim," kata Kepala Dinas Kependudukan, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DKP3A) Provinsi Kaltim Noryani Sorayalita di Samarinda, Selasa.
Berdasarkan data BPS tahun 2020, lanjutnya, untuk IPM laki-laki Kaltim ada pada indeks 81,32 dan menempati posisi ke-3 dari 34 provinsi, sementara IPM perempuan ada pada posisi ke-7 dari 34 provinsi se- Indonesia.
Sementara untuk capaian Indeks Pembangunan Gender (IPG) dan Indeks Pemberdayaan Gender (IDG), lanjutnya, berada di posisi 32 dari 34 provinsi se-Indonesia.
"Komposit yang sangat mempengaruhi terhadap kesenjangan indeks ini adalah bidang ekonomi, yakni pengeluaran per kapita sebagai komposit IPG dan IPM Kaltim," ujarnya.
Ia melanjutkan, pengeluaran per kapita bagi perempuan Kaltim sebesar Rp6.943.000 per tahun, sedangkan untuk laki-laki sebesar Rp17.958.000 per tahun.
Sektor ekonomi lain yang berdampak pada IPG dan IDG Kaltim adalah sumbangan pendapatan per kapita bagi perempuan, yakni tercatat 24,17 persen, menglami kenaikan dari tahun sebelumnya yang tercatat 24,06 persen.
'Ini menunjukkan kualitas hidup perempuan Kaltim masih rendah, khususnya pada sektor ekonomi, sehingga kondisi ini berpotensi menjadi beban pembangunan," tutur Noryani.
Hal ini diperparah dengan kondisi terkini yang masih berhadapan dengan masa pandemi COVID-19, sehingga terjadi penurunan pencapaian pembangunan di segala sektor, kehilangan pendapatan, dan terputusnya hubungan Kerja.
Menurutnya, serangan pandemi pada anggota keluarga menjadi kendala berat bagi perempuan dalam mengelola peran dan tugasnya, terutama dalam mengelola usaha ekonomi.
"Perangkat daerah selaku penyelenggara negara, berkewajiban melaksanakan berbagai upaya dalam menghadapi kesenjangan pembangunan, khususnya bidang pembangunan ekonomi perempuan," ucap Noryani.