Tana Paser (ANTARA Kaltim)-Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Paser Kalimantan Timur akhirnya memberlakukan kuota penerimaan Tandan Buah Segar (TBS) pada pabrik pengolah sawit baik milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) seperti PT. Perkebunan Nusantara (PTPN) XIII maupun Swasta.
“Pemberlakuan kuota ini dimaksudkan untuk mengatasi gejolak harga TBS yang beberapa waktu lalu menyentuh angka Rp500 per kilogram,“ Kata Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Distanbun Paser H. Abdul Rasyid , Selasa (27/11).
Selain pemberlakuan kuota, kata Rasyid harga TBS juga dibeli sesuai dengan usia tanam. Pemberlakuan kuota tersebut bukan yang pertama kali di Paser. Di era tahun 90- an pernah diberlakukan karena harga TBS tak terkendali.
“Adanya pemberlakuan kouta penerimaan di pabrik, selain dapat menekan antrian juga diharapkan mampu mengatasi harga TBS yang beberapa waktu lalu sempat menyentuh angka terendah,†katanya.
Menurut Rasyid, dalam pola kuota , pabrik tidak bisa lagi menerima TBS secara berlebihan seperti beberapa waktu lalu. Sebagian kalangan menilai pemberlakuan kouta itu sebagai tindakan kejam, karena membatasi pembelian TBS.
“Tetapi, upaya itu dilakukan untuk mengatur pasokan buah bukan membatasi, karena berdasarkan evaluasi kita TBS banyak yang resisten karena menumpuk di pabrik belum sempat terolah. Sedangkan di sisi lain, pabrik terus menerima buah,â€ujar Rasyid.
Dia menjelaskan, berdasarkan kesepakatan bersama antara asosiasi pengusaha Indonesia, dan petani, pembelian TBS harus berdasarkan usia tanam. Karena selama ini untuk meraih untung, ada petani yang kedapatan mencampur buah usia tanam dengan harga rendah dengan buah yang memiliki nilai jual tinggi.
Rasyid mengungkapkan bahwa harga tertinggi TBS adalah pada Usia 10 – 20 tahun, harga pada usia inilah TBS memiliki nilai ekonomis tinggi. Guna menstabilkan harga telah disepakati kalau pembelian TBS tetap mengacu pada usia tanam.
“Keinginan mencari untung berlipat maka dicampurlah usia tanam dibawah sepuluh tahun dengan buah yang berusia sepuluh tahun ke atas, hal itu tidak jarang kita jumpai dilapangan,†ujar Rasyid. (*)