Samarinda (ANTARA News Kaltim) - Lembaga internasional World Wide Fund for Nature  (WWF) menyatakan populasi Gajah Kalimantan (elephas maximus borneensis) yang ada di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur tinggal 80 ekor.

"Populasi Gajah Kalimantan atau yang dikenal Gajah Kerdil Kalimantan sebanyak itu merupakan angka dari hasil pendataan yang kami lakukan sejak 2007 hingga Februari 2012," ujar Koordinator WWF Kaltim Wiwin Efendy di Samarinda, Selasa.

Menurutnya, berkurangnya populasi gajah tersebut akibat berbagai hal, di antaranya semakin rusaknya hutan lindung karena perambahan hutan dan alih fungsi ke areal perkebunan.

Gajah tersebut hidup di kawasan hutan lindung pada dua kecamatan, yakni Kecamatan Sebuku dan Kecamatan Tulin Onsoi yang merupakan perbatasan dengan Malaysia bagian Timur.

Dulu, katanya, pemerintah daerah tidak memiliki perhatian terhadap populasi gajah sehingga jumlah binatang yang seharusnya mendapat perlindungan itu, kini populasinya kian menipis.

Namun, lanjutnya, dalam dua tahun terakhir pemerintah daerah sudah mulai menunjukkan perhatian. Hal ini diharapkan dapat mempertahankan bahkan menambah populasi gajah karena adanya perhatian dari pemerintah.

Perhatian itu antara lain, Pemkab Nunukan telah menggulirkan dana sekitar Rp100 juta untuk pemetaan dan pendidikan bagi masyarakat setempat, yakni terkait perlindungan gajah agar tetap dipertahankan.

Kemudian dari Pemprov Kaltim melalui Badan Lingkungan Hidup (BLH) bekerja sama dengan WWF Kaltim, sedang mengusulkan dana sekitar Rp600 juta guna pelestarian satwa langka tersebut.

Berdasarkan catatan, lanjut dia, habitat utama Gajah Kalimantan berada di Daerah Aliran Sungai (DAS) Agison dan Sibuda di bagian Barat, Sungai Apan dan Tampilon di sebelah Timur.

Dalam kawasan hutan alam (hutan lindung), makanan utama gajah antara lain jenis umbut palem, rotan, pisang-pisangan dan rerumputan.

Sedangkan di hutan lindung yang telah beralih fungsi, jenis tanaman yang disukai gajah adalah daun dan buah sawit. Sejak 2005 hingga 2007 diperkirakan sekitar 16.000 tanaman sawit masyarakat dan perusahaan rusak akibat diserang gajah.

"Saya menilai ulah gajah ini wajar karena di hutan lindung tersebut adalah `rumah` para gajah, ketika rumah mereka dibabat dan diganti dengan tanaman sawit, wajar saja jika tanaman itu dikiranya persediaan makanan bagi gajah," ujar Wiwin.  (*)

Pewarta: M Ghofar

Editor : Arief Mujayatno


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2012