Istana Kepresidenan melalui Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko meminta perguruan tinggi di Indonesia berkolaborasi dalam satu wadah untuk meriset COVID-19 yang telah ditetapkan sebagai pandemi global.
“Kita harus saling memahami situasi yang terjadi sekarang bahwa persoalan corona COVID-19 semakin meluas. Maka perlu kolaborasi secara masif termasuk dengan pihak perguruan tinggi,” papar Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko dalam rapat koordinasi antisipasi pandemik COVID-19 dengan para rektor perguruan tinggi di Kantor Staf Presiden, Gedung Bina Graha, Kmpleks Istana Negara, Jakarta, Jumat malam.
Ia menekankan, Pemerintah terus berupaya mengantisipasi COVID-19 yang semakin meluas salah satunya dengan bekerja sama secara masif dengan pihak perguruan tinggi di Indonesia.
Berbagai upaya kolaborasi segera dilakukan, di antaranya Fakultas Kedokteran (FK) akan menyiapkan mahasiswa sebagai tambahan tenaga medis. Selain itu, Rumah Sakit Pendidikan akan menjadi tempat pemeriksaan kasus COVID-19.
Moeldoko juga menyampaikan perlunya ‘suara’ yang sama antar fakultas di perguruan tinggi soal menghadapi corona COVID-19.
Selain itu, beliau meminta perlu membentuk wadah para ahli dari kampus yang secara berkala yang bisa memberikan masukan pada pemerintah.
Hingga saat ini Kementerian Kesehatan baru menentukan FK Universitas Airlangga untuk melakukan tes atau pemeriksaan untuk kasus corona COVID-19.
Sementara, Fakultas Kedokteran di perguruan tinggi lain seperti di Universitas Indonesia dan Universitas Gajah Mada akan berkoodinasi agar lebih terlibat dalam upaya penanganan COVID-19.
Hadir pada acara rakor tersebut Dirjen Dikti, Rektor Gunadarma, Rektor Universitas Indonesia, Rektor UIN Syarif Hidayatullah, Rektor Trisakti, Rektor UPN Veteran, Rektor UKI, Rektor UNTAR, Rektor UPH, Rektor Gunadarma, Rektor Yarsi, Rektor Ukrida, dan Rektor UMJ.
Pada kesempatan tersebut Dirjen Dikti, Prof DR Ainun Naim, menegaskan kesiapan dan kesiagaan Rumah Sakit Pendidikan di masing-masing Fakultas Kedokteran.
Ada sejumlah 32 RS Pendidikan lainnya di Perguruan Tinggi Negeri dan 80 FK di Perguruan Tinggi Swasta yang juga dapat dikoordinasikan. Kampus juga diharapkan dapat membentuk konsorsium penelitian untuk vaksin COVID-19.
“Untuk menyiapkan RS Pendidikan harus disiapkan kamar isolasi, APD, SDM untuk menanganani kondisi darurat. Perlu juga penyiapkan tenaga-tenaga tambahan terutama mahasiswa FK tingkat akhir.”
Pihak Kemendikbud juga sudah menyebarkan edaran pola hidup sehat di berbagai sekolah dan kampus.
“Kami juga mengimbau untuk mengurangi hubungan kontak langsung, menunda kegiatan seminar, tamu-tamu dari luar negeri juga ditunda kedatangannya.
“Untuk selanjutnya perlu protokol nasional yang disebarluaskan secara masif tanpa menimbulkan kepanikan. Kemudian, pentingnya zonasi dan level kesiapsiagaan.”
Pada kesempatan tersebut, Rektor Usakti, Ali Ghufron Mukti mengutarakan pentingnya dilakukan penelitian yang bersifat jangka pendek, misalnya untuk meningkatan daya tahan tubuh. Menurutnya, penelitian secara khusus mengenai vaksin COVID-19 tentu membutuhkan riset yang lama.
Sedangkan, Prof Dr Fasli Jalal dari Universitas Yarsi menyarankan dibentuk relawan dari kalangan mahasiswa kedokteran.
“Nanti akan secara proaktif melakukan pemeriksaan. Kami gembira pemeriksaan tidak hanya di Litbangkes. Kalau diperlukan, Yarsi siap jadi pelapis untuk tes, UI misalnya sudah siap melakukan tes 100 orang per hari,” papar Prof. Fasli.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2020
“Kita harus saling memahami situasi yang terjadi sekarang bahwa persoalan corona COVID-19 semakin meluas. Maka perlu kolaborasi secara masif termasuk dengan pihak perguruan tinggi,” papar Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko dalam rapat koordinasi antisipasi pandemik COVID-19 dengan para rektor perguruan tinggi di Kantor Staf Presiden, Gedung Bina Graha, Kmpleks Istana Negara, Jakarta, Jumat malam.
Ia menekankan, Pemerintah terus berupaya mengantisipasi COVID-19 yang semakin meluas salah satunya dengan bekerja sama secara masif dengan pihak perguruan tinggi di Indonesia.
Berbagai upaya kolaborasi segera dilakukan, di antaranya Fakultas Kedokteran (FK) akan menyiapkan mahasiswa sebagai tambahan tenaga medis. Selain itu, Rumah Sakit Pendidikan akan menjadi tempat pemeriksaan kasus COVID-19.
Moeldoko juga menyampaikan perlunya ‘suara’ yang sama antar fakultas di perguruan tinggi soal menghadapi corona COVID-19.
Selain itu, beliau meminta perlu membentuk wadah para ahli dari kampus yang secara berkala yang bisa memberikan masukan pada pemerintah.
Hingga saat ini Kementerian Kesehatan baru menentukan FK Universitas Airlangga untuk melakukan tes atau pemeriksaan untuk kasus corona COVID-19.
Sementara, Fakultas Kedokteran di perguruan tinggi lain seperti di Universitas Indonesia dan Universitas Gajah Mada akan berkoodinasi agar lebih terlibat dalam upaya penanganan COVID-19.
Hadir pada acara rakor tersebut Dirjen Dikti, Rektor Gunadarma, Rektor Universitas Indonesia, Rektor UIN Syarif Hidayatullah, Rektor Trisakti, Rektor UPN Veteran, Rektor UKI, Rektor UNTAR, Rektor UPH, Rektor Gunadarma, Rektor Yarsi, Rektor Ukrida, dan Rektor UMJ.
Pada kesempatan tersebut Dirjen Dikti, Prof DR Ainun Naim, menegaskan kesiapan dan kesiagaan Rumah Sakit Pendidikan di masing-masing Fakultas Kedokteran.
Ada sejumlah 32 RS Pendidikan lainnya di Perguruan Tinggi Negeri dan 80 FK di Perguruan Tinggi Swasta yang juga dapat dikoordinasikan. Kampus juga diharapkan dapat membentuk konsorsium penelitian untuk vaksin COVID-19.
“Untuk menyiapkan RS Pendidikan harus disiapkan kamar isolasi, APD, SDM untuk menanganani kondisi darurat. Perlu juga penyiapkan tenaga-tenaga tambahan terutama mahasiswa FK tingkat akhir.”
Pihak Kemendikbud juga sudah menyebarkan edaran pola hidup sehat di berbagai sekolah dan kampus.
“Kami juga mengimbau untuk mengurangi hubungan kontak langsung, menunda kegiatan seminar, tamu-tamu dari luar negeri juga ditunda kedatangannya.
“Untuk selanjutnya perlu protokol nasional yang disebarluaskan secara masif tanpa menimbulkan kepanikan. Kemudian, pentingnya zonasi dan level kesiapsiagaan.”
Pada kesempatan tersebut, Rektor Usakti, Ali Ghufron Mukti mengutarakan pentingnya dilakukan penelitian yang bersifat jangka pendek, misalnya untuk meningkatan daya tahan tubuh. Menurutnya, penelitian secara khusus mengenai vaksin COVID-19 tentu membutuhkan riset yang lama.
Sedangkan, Prof Dr Fasli Jalal dari Universitas Yarsi menyarankan dibentuk relawan dari kalangan mahasiswa kedokteran.
“Nanti akan secara proaktif melakukan pemeriksaan. Kami gembira pemeriksaan tidak hanya di Litbangkes. Kalau diperlukan, Yarsi siap jadi pelapis untuk tes, UI misalnya sudah siap melakukan tes 100 orang per hari,” papar Prof. Fasli.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2020