Samarinda (ANTARA News Kaltim) - Pemprov Kaltim akan membangun Pusat Informasi Mangrove (PIM) di atas lahan seluas 16 hektare di Desa Sepatin, Kecamatan Anggana, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar).

"Lahan seluas itu disiapkan oleh PT Total Indonesie, sedangkan Pemprov Kaltim akan membangunn sarana dan prasarana kelengkapan pusat informasi mangrove," ujar Wakil Gubernur Kaltim Farid Wadjdy di Samarinda, Sabtu.

Dia berharap agar perusahaan lain yang beroperasi di sekitar kawasan yang terdapat hutan mangrove, agar turut berperan mewujudkan keingian Pemprov Kaltim dalam membangun PIM.

Keinginan mewujudakan PIM karena melihat kondisi hutan mangrove yang mengalami kerusakan cukup tinggi akibat dari berbagai kegiatan, baik perambahan maupun kegiatan masyarakat dalam membuka lahan untuk tambak ikan dan udang.

Luas hutan mangrove di seluruh wilayah Kaltim mencapai 883.379 hektare. Dari luasan itu, sejumlah 6855.277 mengalami kerusakan. Rinciannya, seluas 329.579 hektare rusak berat, dan yang seluas 328.695 hektare rusak sedang.

Sementara mangrove dengan kondisi baik hanya sekitar 225.105 hektare, atau hanya terdapat 25,48 persen yang masih terjaga kelestariannya, sementara yang hampir 75 persen terjadi kerusakan yang sebagian besar akibat ulah manusia.

Khusus hutan mangrove yang tumbuh di kawasan Delta Mahakam, diperkirakan terdapat mangrove seluas 150.000 hektare dari total luas hutan mangrove di Kaltim.

Ekosistem hutan mangrove di Delta Mahakam, dikenal sebagai salah satu ekosistem penting dalam satu siklus kehidupan bagi manusia dan lingkungannya.

Kawasan hutan mangrove menjadi penting karena hamparannya berpotensi peningkatan perikanan serta kandungan minyak buminya.

Selain mengemban fungsi ekologis, yaitu sebagai stabilisator lingkungan, kawasan hutan mangrove juga mengemban fungsi sosial ekonomi bagi kehidupan masyarakat.

Namun kini situasi di kawasan Delta Mahakam semakin memprihatinkan karena terjadi perusakan lingkungan oleh berbagai macam aktivitas, sehingga berdampak pada abrasi, erosi dan menurunnya kualitas air, serta menurunnya produktivitas tambak udang.

Terkait kerusakan yang parah tersebut, maka Pemprov Kaltim melakukan berbagai program untuk penyelamatannya, di antaranya melakukan penanaman mangrove dengan menggandeng masyarakat dan perusahaan, juga membangun PIM yang juga menggandeng perusahaan.

Menurutnya, Kaltim sudah seharusnya memiliki pusat penelitian, pameran, informasi, pembibitan dan pendidikan untuk menyelamatkan Delta Mahakam yang terdapat kawasan hutan mangrove.

Di Bali, katanya, sudah memiliki pusat penelitian hutan mangrove, padahal hutan mangrove yang dimiliki Bali hanya sekitar 150 hektare. Jumlah itu tentu tidak seberapa luas jika disbanding dengan mangrove yang ada di Kaltim.

"Melihat kondisi di Bali tersebut, jadi tidak ada salahnya jika Kaltim juga ingin memiliki lembaga penelitian serupa, karena Delta Mahakam saja sangat luas dan berpotensi sebagai kawasan wisata dan penelitian," ujar Farid.  (*)

Pewarta: M Ghofar

Editor : Arief Mujayatno


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2012