Semenjak meninggalkan Urumqi, Xinjiang, etnis Uighur yang menyintas ke Kota Kayseri, Turki, hidup dalam kekurangan dan kemiskinan.
Status migran juga menjadikan mereka sulit mendapatkan pekerjaan karena mereka adalah warga asing di Kayseri.

Kini, diaspora Uighur di Kayseri menggantungkan hidupnya dari uluran tangan orang-orang yang masih peduli pada mereka.

"Kondisi mereka saat ini tinggal di tempat yang eharusnya sudah akan digusur atau diruntuhkan, dan kini tinggal menunggu waktu sampai mereka pergi dari tempat tersebut. Apakah setelahnya mereka akan mendapatkan support dari pemerintah Turki atau dari lembaga, itu kita belum tahu," ujar Firdaus Guritno dari Global Humanity Response - ACT pada Selasa(7/5).

Paket pangan untuk diaspora Uighur di Kayseri didistribusikan pada Sabtu (4/5) lalu. Berkolaborasi bersama Wardah, ACT memberikan ratusan paket pangan untuk 160 kepala keluarga.

"Sabtu kemarin sudah kita turunkan bantuan paket pangan untuk pengungsi Uighur di Kayseri. Pendistribusian dilakukan di satu titik dan juga kami antar ke rumah-rumah warga," ujarFirdaus.

Ia menambahkan, satu paket pangan berisi minyak sayur, tepung terigu, tepung jagung, garam, dan permen.
Diharapkan paket pangan tersebut dapat menopang kebutuhan pangan warga Uighur selama awal Ramadan ini.

Bantuan pangan saat ini memang kebutuhan paling mendesak untuk pengungsi-pengungsi di sana. Ke depannya, ACT akan memfokuskan untuk memenuhi kebutuhan ini untuk diaspora Uighur di Kayseri.

"Jadi nanti rencananya juga selain bantuan pangan, untuk bulan Ramadan ini kita akan ada iftar bersama juga dengan saudara-saudara Uighur ita. Insya Allah Idul Fitri kelak juga akan ada hadiah Lebaran untuk mereka," jelasFirdaus.Selainpangan, bantuan beasiswa juga terus diberikan kepada anak-anak Uighur di sana.
 
Puluhan anak mengular di lapangan luas di Johr Al Deek, wilayah Gaza Tengah. Senin (6/5) sore (Antaranews Kaltim/ACT)
Sedangkan di Gaza - Puluhan anak mengular di lapangan luas di Johr Al Deek, wilayah Gaza Tengah. Senin (6/5) sore itu, mereka menunggu paket iftar dari Aksi Cepat Tanggap (ACT) sampai di tangan mereka.

Satu per satu paket iftar dikeluarkan dari dalam mobil, bersambut senyum anak-anak yang menerimanya.

Senyum anak-anak Palestina seolah mewakili rasa terima kasih mereka kepada ACT atas hidangan iftar yang diterima.
 
Senyum anak-anak Palestina seolah mewakili rasa terima kasih mereka kepada ACT atas hidangan iftar yang diterima. (Antaranews Kaltim/ACT)
Selain diambil langsung oleh anak-anak tersebut, sebagian paket iftar lainnya didistribusikan dari rumah ke rumah di desa yang terletak di bagian selatan Gaza ini.

"Paket iftar ini kami distribusikan langsung dari Dapur Umum Indonesia di Gaza. Insya Allah ACT kan terus melakukan rangkaian distribusi iftar bersamaan dengan distribusi paket sahur selama Ramadan ini di Gaza,” ujar Andi Noor Faradibadari Tim Global Humanity Response (GHR) - ACT, Jumat (10/5).

 Paket-paket yang diberikan pada awal Ramadan itu terdiri dari nasi dan ayam, serta beberapa makanan lain untuk menunjang nutrisi mereka, seperti buah dan jus. Penerima manfaat dari pembagian iftar kali ni adalah masyarakat prasejahtera yang tinggal di Gaza.

Selain di Johr Al Deek, paket iftar didistribusikan kepada sekitar 500 warga yang tersebar di sekitar Gaza, yakni di Al Amreekiya dan Al Qarya Al Badawiya. Dua wilayah tersebut sempat menjadi target serangan Israel pada Sabtu (4/5) lalu.

Ramadan ini memang menjadi Ramadan yang berat buat warga Palestina, khususnya di Gaza. Serangan dari Israel memang seolah tidak mengambil jeda, bahkan ketika bulan suci tiba.

Dua malam menjelang bulan Ramadan, Israel menjatuhkan serangan udara di tiga belas titik di Gaza.  Al Jazeera mencatat 26 korban jiwa dalam serangan tersebut, diperkirakan dua orang dari 26 korban jiwa itu merupakan anak-anak yang masih berusia balita. Sementara dilaporkan juga oleh Antara, sebanyak 177 orang luka, dan 135 rumah rusak akibat dari serangan itu.
 
Suara mesin terdengar dari pabrik roti di Jenubiyeh, Idlib, Suriah. (Antaranews Kaltim/ACT)
Bersamaan dengan itu, suara mesin terdengar dari pabrik roti di Jenubiyeh, Idlib, Suriah. Kepulan uap dan aroma khas roti masak tercium di sekeliling pabrik.

Udara panas tak terelakkan.Ribuan helai roti berhasil diproduksi tiap harinya di sini.

Sebelumnya, tambah Firdaus, pabrik roti yang ACT kelola berada di Turki, tepatnya di Reyhanli. Namun di Ramadan kini, pabrik roti pindah, masuk ke wilayah Suriah untuk didistribusikan kepada warga yang tinggal di Idlib, salah satu kota yang mengalami konflik.

"Anak yatim, janda serta penyandang disabilitas menjadi target utama penerima manfaat roti ini," imbuhnya.

Selain di Idlib, untuk menyambut Ramadan 1440 H ini ACT juga mendistribusikan paket pangan Ramadan bagi pengungsi konflik Suriah yang ada di Reyhanli, Turki.

Sedangkan Senin (6/5), ratusan pengungsi internal berkumpul di dekat kamp Faladie, Kota Bamako, Mali, Afrika Barat. Seratus kepala keluarga bersiap menerima paket pangan dan paket sanitasi yang diantarkan oleh Aksi Cepat Tanggap (ACT). Pendistribusian bingkisan di awal Ramadan ini merupakan hasil kolaborasi kemanusiaan antara ACT dan Kitabisa.com. Senin sore itu, suasana nampak riuh seiring datangnya bantuan pangan dan sanitasi.

"Jadi kemarin bantuan yang kami berikan di antaranya ada beras, gula, pasta gigi, sabun mandi, sabun cuci, klorin, kelambu. Itu semua kita cukupkan untuk 100 kepala keluarga setiap paketnya," ungkap Andi Noor Faradiba dari Tim Global Humanity Response (GHR) - ACT, Kamis (9/5).

Bantuan di Kamp Faladie ini adalah fase pertama dari rangkaian bantuan kemanusiaan untuk Mali.Ke depannya ACT dan kitabisa.com akan mengadakan distribusi pangan fase kedua.

Pendistribusian itu akan dilaksanakan di kamp yang ada di daerah dekat-dekat Kota Mopti, daerah di mana konflik sering terjadi Mali.

Berdasarkan laporan relawan ACT yang berada di Mali, hingga saat ini para pengungsi internal masih berusaha menghindari daerah Mali tengah, khususnya Kota Mopti.
Pendistribusian itu akan dilaksanakan di kamp yang ada di daerah dekat-dekat Kota Mopti, daerah di mana konflik sering terjadi Mali. (Antaranews Kaltim/ACT)
Mereka umumnya bergerak menuju Mali bagian selatan. Kota Bamako menjadi salah satu tujuan utama para pengungsi internal ini.

Mopti memang sering menjadi daerah rawan konflik karena maraknya benturan antarkomunitas di sana. Reuters pada 4 Mei 2019 menurunkan laporan sedikitnya 18 orang meninggal dalam serangan yang terjadi di Mali Tengah pada sepanjang pekan pertama bulan Mei.

Penyerangan satu minggu tersebut adalah kelanjutan perang antarkomunitas yang pecah 23 Maret 2019 di Mali, di mana konfli kini menewaskan 157 orang penduduk Muslim Suku Fulani.

Selain korban jiwa, konflik internal juga berdampak pada aspek-aspek lain di sana. Data dari UNICEF menyebutkan, di daerah Bankass, salah satu pedesaan di Mopti yang ikut berkonflik pada 23 Maret 2019 lalu, setidaknya 46 korban jiwa adalah anak-anak. Konsekuensi dari kejadian ini, akhir Maret lalu, 525 dari 866 sekolah ditutup di daerah Mopti karena situasi yang sedemikian tegang.

Pewarta: Abdul Hakim Muhiddin

Editor : Abdul Hakim Muhiddin


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2019