Samarinda (ANTARA News Kaltim) - Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Kalimantan Timur menggelar pendidikan dan pelatihan bagi pendidik sebaya dalam rangka memberi pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja.
"Diklat ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan agar dapat membentengi dari dari perbuatan pergaulan bebas di tengah kemajuan teknologi," kata Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Kaltim, Drs Jufri Yasin, saat membuka Diklat Bagi Pendidik Sebaya di Gedung Dilat BKKBN Kaltim, Kamis (22/12).
Ia mengatakan, kemajuan teknologi dan informasi saat ini tidak bisa dihindari, tentunya akan membawa dampak?dampak positf dan negatif.
Guna meminimalisasi dampak negatif, katanya, maka salah satu upaya yang harus dilakukan adalah memberikan pengetahuan kepada para pendidik sebaya yang nantinya akan disampaikan kepada teman-temannya.
Jufri Yasin mengatakan, era globalisasi dapat menyebabakan pergeseran nilai yang kadang bertentangan dengan sistem yang ada, penggunaan obat-obat terlarang (Narkoba), termasuk prilaku seksual yang tidak sehat pada remaja. Gaya hidup yang merugikan seperti ini banyak ditiru para remaja.
Akhirnya para remaja melakukan pergaulan bebas, melakukan hubungan seksual diluar nikah, hal itu dapat menyebabkan gangguan kesehatan reproduksi, salah satunya dapat mengidap penyakit HIV/AIDS dan hamil di luar nikah serta melakukan aborsi.
Menurutnya guna menghindari hal- hal negative, untuk para remaja perlu dibekali pengetahuan dan memberikan pelatihan dan pendidikan bagi pendidik sebaya. Sebab para remaja cenderung lebih terbuka kapada teman sesama dibanding kepada orang tua.
"Alasannya curhat atau mengungkapkan permasalahan dengan teman terutama tentang lawan jenis, akan lebih terbuka dan dapat menyimpan rahasia," katanya.
Jufri mengungkapkan bahwa kebanyakan masyarakat dan keluarga masih enggan membicarakan secara terbuka tentang masalah reproduksi remaja dan masalah seksual. Hal tersebut disebabkan karena nilai adat, budaya dan agama yang menganggap membahas kesehatan reproduksi masih dipandang sebagi hal yang tabu.
"Saya mengharapkan dengan adanya pendidikan dan pelatihan ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan para pendidik sebaya, untuk disampaikan kepada teman-temannya, terutama mengenai kesehatan reproduksi remaja, sehingga dalam menghadapi masalah akan mampu mengambil keputusan terbaik," katanya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2011
"Diklat ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan agar dapat membentengi dari dari perbuatan pergaulan bebas di tengah kemajuan teknologi," kata Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Kaltim, Drs Jufri Yasin, saat membuka Diklat Bagi Pendidik Sebaya di Gedung Dilat BKKBN Kaltim, Kamis (22/12).
Ia mengatakan, kemajuan teknologi dan informasi saat ini tidak bisa dihindari, tentunya akan membawa dampak?dampak positf dan negatif.
Guna meminimalisasi dampak negatif, katanya, maka salah satu upaya yang harus dilakukan adalah memberikan pengetahuan kepada para pendidik sebaya yang nantinya akan disampaikan kepada teman-temannya.
Jufri Yasin mengatakan, era globalisasi dapat menyebabakan pergeseran nilai yang kadang bertentangan dengan sistem yang ada, penggunaan obat-obat terlarang (Narkoba), termasuk prilaku seksual yang tidak sehat pada remaja. Gaya hidup yang merugikan seperti ini banyak ditiru para remaja.
Akhirnya para remaja melakukan pergaulan bebas, melakukan hubungan seksual diluar nikah, hal itu dapat menyebabkan gangguan kesehatan reproduksi, salah satunya dapat mengidap penyakit HIV/AIDS dan hamil di luar nikah serta melakukan aborsi.
Menurutnya guna menghindari hal- hal negative, untuk para remaja perlu dibekali pengetahuan dan memberikan pelatihan dan pendidikan bagi pendidik sebaya. Sebab para remaja cenderung lebih terbuka kapada teman sesama dibanding kepada orang tua.
"Alasannya curhat atau mengungkapkan permasalahan dengan teman terutama tentang lawan jenis, akan lebih terbuka dan dapat menyimpan rahasia," katanya.
Jufri mengungkapkan bahwa kebanyakan masyarakat dan keluarga masih enggan membicarakan secara terbuka tentang masalah reproduksi remaja dan masalah seksual. Hal tersebut disebabkan karena nilai adat, budaya dan agama yang menganggap membahas kesehatan reproduksi masih dipandang sebagi hal yang tabu.
"Saya mengharapkan dengan adanya pendidikan dan pelatihan ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan para pendidik sebaya, untuk disampaikan kepada teman-temannya, terutama mengenai kesehatan reproduksi remaja, sehingga dalam menghadapi masalah akan mampu mengambil keputusan terbaik," katanya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2011