Tragedi kemanusiaan di Kota Christchurch, Selandia Baru pada Jumat (15/3) lalu juga menyisakan duka mendalam bagi bangsa Indonesia.

Sejumlah warga Indonesia yang tengah berada di dua masjid di Christchurch, turut menjadi korban penembakan massal keji.

Dua di antaranya adalah Zulfirmansyah (40) beserta anaknya, Averro’es Omar Syah (2), WNI asal Kota Padang yang tertembak saat menunaikan ibadah salat Jumat di Masjid Linwood Avenue. Sabtu (16/3), suasana duka menyelimuti keluarga Zulfirmansyah saat Aksi Cepat Tanggap (ACT) berkunjung kekediaman mereka di Jalan Tanjung Indah III, Kampung Lapai, Kecamatan Naggalo, Kota Padang.

Handra Yaspita, kakak Zulfirmansyah, mengatakan kabar penembakan tersebut amat mengejutkan keluarganya di Padang.

Dia tidak menyangka, adik dan keponakannya menjadi korban penembakan brutal itu.
 
"Bada salat Jumat kemarin (15/3), om saya tanya lewat sms, ‘Sudah lihat WA atau belum?’ Saya jawab, ‘Belum.’ Pas saya tanya balik, om tidak kasih tahu. Saya lalu bergega sambil ponsel satunya lagi, yang ada WA-nya.Ternyata adik kita kena tembak di Selandia Baru, ada penembakan di masjid tempat dia salat (masjid kedua). Lalu saya kontak istri adik saya.Ternyata adik saya lagi dirawat kritis, anaknya juga dirawat," cerita Handra.

Berdasarkan keterangan Handra, ZulFirmansyah hingga kini masih dirawat intensif di salah satu rumah sakit di Christchurch.
Sementara Ro’es Omar, Alhamdulillah, sudah kembali ceria walau tangan dan kakinya harus dibalut perban akibat luka tembakan (Antaranews Kaltim/Ist)

"Adik masih di ICU, mau dilakukan operasi kedua.Sementara Ro’es Omar, Alhamdulillah, sudah kembali ceria walau tangan dan kakinya harus dibalut perban akibat luka tembakan," imbuh Handra.

Handra bersama keluarganya hendak menjenguk keluarga adiknya yang tinggal di Christchurch. Dia sempat berharap, seluarganya dapat cepat berangkat ke Christchurch untuk melihat kondisi Zulfirmansyah dan Averro’es Omar Syah.
 
"Alhamdulillah, kemarin (15/3) dapat telepon dari tim ACT yang mau bantu fasilitasi kami untuk berangkat ke Selandia Baru. Rencananya ada 2 atau 3 anggota keluarga kami yang mau menjenguk Zul. Kami bersyukur sekali, terima kasih. Semoga adik dan keluarganya baik-baik saja," ungkap Handra.

Sucita dari Tim Global Humanity Response (GHR) - ACT mengatakan, saat ini timnya tengah menyiapkan seluruh dokumen perjalanan anggota keluarga Handra yang akan berangkat ke Selandia Baru.

"Kami sedang menyiapkan berkas-berkas untuk pembuatan paspor dan visa keluarga beliau. Insya Allah kami segera berangkat ke Christchurch secepatnya," terang Suci.
Suasana duka menyelimuti keluarga Zulfirmansyah saat Aksi Cepat Tanggap (ACT) berkunjung kekediaman mereka di Jalan Tanjung Indah III, Kampung Lapai, Kecamatan Naggalo, Kota Padang. (Antaranews Kaltim/Ist)

Selain memfasilitasi keberangkatan keluarga korban, ACT turut memberikan santunan sebesar Rp15 juta melalui program Mobile Social Rescue.

"Ini sebagai ikhtiar kami untuk mendampingi keluarga korban di masa duka ini. Mohon doanya semoga Zul dan keluarganya berangsur membaik," pungkas Suci.
 
Tragedi penembakan massal di Kota Christchurch pada Jumat (15/3) menewaskan 50 jiwa yang berasal dari berbagai negara. Tiga WNI menjadi korban yakni Lilik Abdul Hamid (korban jiwa), Zulfirmansyah, dan Averro’es Omar Syah.

Penembakan yang berlangsung saat ibadah salat Jumat itu mendapat kecaman keras dari seluruh dunia. Menurut Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern, tragedi tersebut merupakan salah satu momenter buruk dalam sejarah Selandia Baru, negara yang memiliki tingkat kriminalitas rendah di dunia.

Pewarta: AHM

Editor : Abdul Hakim Muhiddin


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2019