Balikpapan (Antaranews Kaltim) -  Warga Balikpapan, Kalimantan Timur sudah menjalan 10 inisiatif dan aksi dalam menjaga lingkungan dan menghadapi perubahan iklim.

"Kami kumpulkan sudah ada lebih 10 inisiatif dan aksi," kata Direktur Perkumpulan Sentra Program dan Pemberdayaan Lingkungan (Stabil) Jufriansyah di Balikpapan, Senin.

Inisiatif dan aksi itu yang sudah berpuluh tahun dijalankan dan sudah pula memberi dampak lingkungan yang diharapkan. Bahkan juga dampak sosial dan ekonomi.

Ada inisiatif menanam dan memelihara mangrove, pengurangan penggunaan botol plastik dan kantong plastik, gerakan peduli sampah Balikpapan, zero waste to dump, bank sampah, hingga usulan menjadikan Teluk Balikpapan sebagai kawasan dilindungi, papar Jufri.

Bahkan ada juga kawan-kawan dari Forum CSR yang beranggotakan perusahaan-perusahaan, yang juga mengaku punya banyak program lingkungan.

"Itu semua akan kita data", tambah Hamsuri dari Jaringan Advokat Lingkungan, kolega Jufriansyah 

Menanam dan memelihara mangrove dikerjakan antara lain oleh Agus Bei di utara Balikpapan, Zulkifli di Balikpapan Timur, dan siswa-siswa SMA Negeri 8 di Balikpapan Barat.

Zero waste dikerjakan warga di Kelurahan Damai dan jadi percontohan, para anggota Gerakan Sampah Balikpapan mengedukasi warga untuk memilah dulu sampah sebelum dibuang ke TPS. Usulan Teluk Balikpapan menjadi kawasan lindung dikerjakan sejumlah aktivis di Forum Peduli Teluk Balikpapan.

Agus Bei menerima penghargaan Kalpataru pada 2018 lampau dari Presiden Jokowi sebagai penyelamat lingkungan atas usaha gigihnya menghijauhkan kembali hutan mangrove Graha Indah.

Kawasan itu juga menjadi tujuan wisata baru di Balikpapan. SMAN 5 Balikpapan punya program yang disebut panen hujan, yaitu memaksimalkan penampungan air hujan dan menggunakannya untuk kebutuhan sekolah sehari-hari untuk mengurangi penggunaan air tanah.

Pemkot Balikpapan mewajibkan perusahaan atau lembaga yang meminta izin mendirikan bangunan untuk kantornya untuk memiliki ground tank atau tanki-tangki yang disesuaikan untuk menampung air hujan. Juga SMAN 9 Balikpapan yang karena letaknya dekat dengan Hutan Lindung Sungai Wain turut serta menjaga kawasan tersebut.

Dunia usaha menyumbang gerakan tidak lagi menggunakan kantong belanja plastik untuk kemasan belanjaan di pasar modern dan direncanakan akan terus meluas ke pasar tradisional. Penggunaan kantong plastik digantikan kantong belanja dari kain atau kertas. Di perusahaan dan di sekolah-sekolah ada gerakan menggunakan botol plastik air minum yang tahan lama dan bisa berkali-kali pakai untuk menggantikan botol plastik sekali pakai.

Itu yang kami ingin satukan dan sinergikan,? lanjut Jufri. Mereka ingin melihat apakah gerakan dan insiatif itu sudah berdampak, bila sudah sejauh mana dan seperti apa dampaknya.

Karena itulah, kata Jufri, mereka para aktivis, inisiator, dan para peduli lingkungan itu berkumpul dan mendeklarasikan Wali Kota Rizal Effendi turut menandatangani kesepakatan.

Ini sesuai dengan Kesepakatan Pembangunan Hijau atau Green Growth Compact (GGC) yang dicanankan sejak 2016, kata Wali Kota.

Dengan sejumlah gerakan dan inisiatif yang sudah berjalan ini, Balikpapan sudah jauh lebih maju dibandingkan banyak kota di Indonesia, kata Menteri Lingkungan Hidup periode 1993-1998 Sarwono Kusumaatmadja yang juga hadir di acara deklarasi, antara lain sebagai warga kehormatan Balikpapan.

Menurut Sarwono, para pihak di Balikpapan sudah sadar akan adanya ancaman dari perubahan iklim. Sekarang tinggal bagaimana mensinergikannya, saling memperkuat, dan akhirnya mendapat kualitas hidup yang lebih baik. (*)

 

Pewarta: Novi Abdi

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2019