Samarinda (Antaranews Kaltim) - Perhelatan Piala Dunia 2018 di Rusia telah menyelesaikan babak penyisihan grup pada hari Kamis (28/6), kemudian memasuki fase gugur babak 16 besar mulai Sabtu (30/6).

Banyak drama menegangkan dan juga kejutan selama berlangsungnya babak penyisihan grup. Bagaimana Argentina harus melewati laga dramatis untuk lolos ke fase "knock out" dan juara bertahan Jerman yang tersingkir dari fase grup untuk pertama kalinya sepanjang sejarah keikutsertaannya di ajang empat tahunan ini.

Kendati tanpa kehadiran tim "Panser", babak 16 besar tetap berlangsung sengit karena masih ada beberapa tim unggulan yang bersaing, seperti Brasil, Argentina, Spanyol, Prancis, Uruguay, Inggris, dan Portugal.

Kecuali Portugal yang juara Eropa 2016, enam negara yang disebut sebelumnya pernah merasakan gelar juara dunia.

Brasil adalah pemegang lima gelar juara (1958, 1962, 1970, 1994, dan 2002), disusul Uruguay (1930, 1950), Argentina (1978, 1986), Inggris (1966), Prancis (1998), dan Spanyol (2010).

Sembilan tim lain yang sudah memastikan tempat di fase gugur adalah tuan rumah Rusia, Kroasia, Denmark (juara Eropa 1992), Meksiko, Belgia, Swiss, Swedia, Kolombia, dan Jepang sebagai satu-satunya wakil dari daratan Asia.

Tim dari Benua Afrika harus pulang lebih awal. Nigeria dan Senegal yang diharapkan bisa menembus persaingan menuju 16 besar, menderita kekalahan di laga terakhir penyisihan grup.

Ini berarti tidak ada tim Afrika yang mencapai putaran kedua untuk pertama kalinya sejak putaran final Piala Dunia 1982 di Spanyol.

Nigeria menyerah 1-2 dari Argentina di laga penentuan Grup D. Begitu pula, Senegal yang tinggal membutuhkan hasil imbang untuk lolos mewakili Grup H, justru kalah 0-1 dari Kolombia.

Tersingkirnya Senegal secara dramatis dari Piala Dunia disambut dengan kepedihan hati para pendukungnya di Ibu Kota Dakar pada hari Kamis (28/6).

Senegal, yang dijuluki "The Lions", meskipun menjadi tim yang lebih baik di babak pertama dan seharusnya mendapat kesempatan meraih gol melalui penalti, dibatalkan setelah sang wasit melihat video assistant referee (VAR).

Wakil Afrika itu pun akhirnya gagal menjadi "runner up" grup setelah disingkirkan Jepang yang di laga terakhir juga kalah 0-1 dari Polandia karena memiliki catatan jumlah kartu kuning yang lebih banyak.

"Saya merasa bangga bahwa kami adalah tim Afrika terakhir di turnamen," kata Mustapha Thiam, pedagang berusia 28 tahun setelah menyaksikan jalannya pertandingan.

Senegal bukan tim yang bisa dipandang remeh lagi, tambahnya, seperti dikutip dari Reuters.

Dua Juara Bertemu

Salah satu dari delapan pertandingan babak 16 besar yang paling ditunggu dan menyita perhatian para penggemar bola adalah pertemuan Prancis dengan Argentina pada hari Sabtu (30/6).

Dibanding Argentina yang sempat terseok-seok, perjalanan Prancis terbilang mulus. Tim polesan Didier Deschamps ini mengalahkan Australia 2-1 dan Peru 1-0 serta bermain imbang tanpa gol melawan Denmark untuk tampil sebagai juara grup.

Sebaliknya, Argentina dengan megabintangnya Lionel Messi tampil kurang meyakinkan di laga awal saat ditahan tim bukan unggulan Islandia 1-1. Pemain Barcelona itu juga gagal membuat gol melalui eksekusi penalti.

Penampilan tim "Tango" makin mencemaskan para pendukungnya ketika dihancurkan Kroasia dengan skor telak 0-3 dan membuat posisi juara dunia dua kali itu makin sulit.

Kemenangan menjadi harga mati bagi Messi dan kawan-kawan saat melawan Nigeria di laga penyisihan terakhir. Messi memberi kontribusi melalui gol pertama di ajang Piala Dunia 2018. Namun, pahlawan sebenarnya Argentina adalah pemain bertahan Marcus Rojo yang mencetak gol penentu menjelang akhir laga.

Dengan penampilan yang kurang meyakinkan selama babak penyisihan tersebut, Argentina agaknya harus bekerja lebih keras saat bertemu Prancis, yang secara kualitas lebih baik dibanding Islandia, Kroasia, dan Nigeria.

Prancis memiliki Paul Pogba, Antoine Griezzmann, Raphael Varane, Samuel Umtiti, N`golo Kante, dan Kylian Mbappe. Beberapa dari mereka bermain di klub Liga Spanyol, termasuk Umtiti yang menjadi teman satu klub Messi di Barcelona.

Deschamps tentu sudah menyiapkan tak-tik dan strategi untuk meredam Argentina, terutama "mematikan" pergerakan Messi yang menjadi tumpuan permainan tim Tango.

Kroasia sudah melakukan hal itu dan membuat pemain terbaik dunia itu seperti kehilangan sihirnya. Permainan Argentina pun menjadi kurang berkembang karena pelatih Jorge Sampaoli tidak mampu meracik strategi alternatif untuk menutupi kelemahan itu.

Bek Prancis Samuel Umtiti mengatakan bahwa kurangnya suplai bola kepada Messi merupakan kelemahan Argentina yang bisa dimanfaatkan Prancis saat kedua tim bertemu pada hari Sabtu (30/6).

"Saya melihatnya setiap hari. Sangat sulit untuk menghentikannya. Dia memiliki kualitas luar biasa," kata Samuel Umtiti yang dua musim bermain bersama Messi di Barcelona, seperti dilansir Reuters, Kamis (28/6).

Umtiti menimpali, "Kami akan mencoba menghentikannya, tetapi dia bukan satu-satunya di tim Argentina, mereka memiliki striker lain."

Argentina memang memiliki lini depan mumpuni dan haus gol yang dihuni Aguero dan Higuain. Akan tetapi, ketajaman keduanya seperti saat membela klubnya Manchester City dan Juventus, belum terlihat di Rusia. Aguero baru mencetak sebiji gol, sementara Higuain malah nihil gol.

Ada nama lain di tim Argentina yang "skill"-nya juga bagus, yakni Paulo Dybala. Namun, pemain yang membela Juventus itu lebih banyak dibangkucadangkan oleh sang pelatih.

Berkaca dari penyisihan, mantan penyerang timnas Argentina Hernan Crespo juga lebih mengunggulkan Prancis untuk dapat memenangi laga melawan negaranya.

"Ini hasil yang luar biasa setelah banyaknya penderitaan. Kami sangat berharap pada hari Sabtu nanti kami akan berpeluang untuk mengalahkan Prancis. Ini tidak akan mudah karena mereka adalah tim favorit untuk menang dalam situasi seperti ini," kata Crespo.

Selain duel Prancis versus Argentina, pertandingan lain yang juga tidak kalah menarik adalah Uruguay melawan Portugal yang berlangsung Minggu (1/7) dini hari WIB.

Laga ini bisa dibilang menjadi pembuktian adu ketajaman antara Edinson Cavani dan Luis Suarez di kubu Uruguay dengan Cristiano Ronaldo sang kapten Portugal.

Cavani adalah top skor Liga Prancis bersama Paris Saint Germain dan Suarez menjadi tumpuan lini depan Barcelona. Begitu pula Ronaldo bersama Real Madrid telah mematahkan sejumlah rekor jumlah gol.

Pada Piala Dunia ini, CR7 (julukan Ronaldo) untuk sementara masih lebih tajam dibanding Suarez dan Cavani. Empat gol sudah dibukukan Ronaldo, sementara Suarez baru mengemas dua gol dan satu gol dicetak Cavani.

Pertandingan lainnya adalah tim "Matador" Spanyol ditantang tuan rumah Rusia, Kroasia bertemu Denmark, Brasil menghadapi Meksiko, Belgia meladeni Jepang, Swedia melawan Swiss, dan Kolombia bentrok dengan Inggris.

Jika melihat penampilan selama babak penyisihan, tim-tim seperti Spanyol, Kroasia, Brasil, Belgia, Swedia, dan Inggris diprediksi bisa lolos ke perempat final.

Akan tetapi, sepak bola seperti halnya pilkada, terkadang prediksi (baca: hasil survei) bisa meleset dari kenyataan di lapangan. Mereka yang diunggulkan bisa menang, justru tersungkur atau sebaliknya.

Jadi, mumpung hiruk-pikuk pilkada serentak baru saja usai, para simpatisan dan pendukung pasangan calon yang selama beberapa bulan ini "berseteru" bisa berkumpul lagi dan duduk bersama untuk bersenang-senang menyaksikan aksi-aksi para bintang sepak bola dunia. (*)

Pewarta: DK

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2018