Samarinda (ANTARA Kaltim) - Peristiwa teror bom di Gereja Oikumene Sengkotek, Harapan Baru Samarinda Seberang, baru-baru ini menyisakan luka mendalam. Apalagi, aksi memalukan ini menimpa empat balita, yakni Triniti Hutahaya (3), Alvaro Aurelius Tristan Sinaga (4) dan Anita Kristobel Sihotang (2) dan alm Intan Olivia Banjarnahor (2,5).

Gubernur Kaltim Dr H Awang Faroek Ishak ketika mengunjungi keluarga korban, baik yang meninggal dunia maupun yang masih dirawat di RSUD AW Sjahranie, berharap kejadian ini yang pertama dan terakhir di Kaltim.

Karena itu, Awang menginstruksikan kepada semua pihak untuk terus menjaga kondusifitas daerah dan meningkatkan kerukunan umat beragama.  Kewaspadaan  dini harus terus dilakukan, sehingga kejadian yang sama tidak terulang, apalagi menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru.

"Saya instruksikan semua pihak, dari tingkat yang paling bawah untuk meningkatkan kewaspadaan, mulai Bintara Pembina Desa (Babinsa), Koramil, Lurah dan Camat agar bekerjasama menjaga keamanan daerah, sehingga kejadian ini merupakan yang pertama dan terakhir di Kaltim," kata Awang Faroek Ishak usai berkunjung ke Ruang PICU/NICU di RSUD AWS, Senin (21/11).

Awang mengatakan kewaspadaan ini penting, karena pelaku teror bom tersebut di mana-mana ada. Pelaku terorisme ada di tengah-tengah masyarakat. Karena itu, kewaspadaan dini sangat penting, sehingga kejadian ini tidak terjadi kembali.

Awang mengaku sedih melihat kondisi korban, apalagi ada yang meninggal dan semua korban adalah anak-anak. Kondisi ini harus menjadi keprihatinan semua pihak.

"Jika kita melihat langsung tentu hati kita sangat sedih. Semoga dengan dirawat oleh tim dokter sebanyak tujuh orang, korban yang dirawat segera sembuh," jelasnya.

Gubernur Awang Faroek Ishak tampak memberikan semangat kepada ketiga korban, tercatat  sekitar 20 menit Gubernur Awang Faroek Ishak berusaha menghibur ketiga korban luka bakar, baik Triniti Hutahaya, Alvaro Aurelius Tristan Sinaga dan Anita Kristobel Sihotang.

Awang mengatakan ketiga anak tersebut adalah anak yang cerdas. Bahkan saat ditanya Gubernur soal cita-cita,  mereka pun dengan segera menjawab. Ada yang menyebut ingin menjadi tentara dan polisi.

"Mereka sudah semakin baik, bahkan saya tanya apa cita-citanya, ada yang menjawab mau menjadi polisi dan tentara. Kata mereka biar bisa menangkap pelaku bom," ujar Gubernur, menirukan mimpi ketiga korban.

Secara khusus Gubernur Awang Faroek  berpesan kepada jemaat perhimpunan Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) agar tetap beribadah seperti biasa. Pemprov Kaltim berharap meski teror bom telah menimpa jemaat HKBP, tetapi kerukunan umat beragama tetap diutamakan.

Direktur RSUD AWS dr Rachim Dinata Marsidi diwakili Kepala Bidang Pelayanan Medik dr Nurliana A Noor mengatakan kondisi ketiga korban menunjukan perbaikan signifikan. Tetapi memang perlu perawatan dan pengawasan secara intensif.

Penanganan ketiga korban relatif sama. Karena ketiga korban mengalami luka bakar serius. Hanya saja, derajat atau presentase luka bakarnya yang berbeda.

"Sudah diberitakan sebelumnya, awal masuk, kondisi luka bakar Trinity mencapai 57 persen, kini luka bakar  Trinity tinggal 40 persen. Sedangkan Alvaro dan Anita tetap diberikan penanganan intensif," jelasnya.

Tim dokter yang bertugas meliputi, dokter bedah plastik, dokter bedah umum, dokter anak, dokter gizi klinik dan tim psikologi klinik. Selanjutnya, tujuh hari ke depan untuk Alvaro dan Anita diperkirakan akan dipindahkan ke ruang rawat inap. Karena, Alvaro dan Anita terus dilakukan pembersihan luka secara intensif.

"Penanganan ini agak lama, karena penanganan luka bakar harus spesifik dan rentan terkena insfeksi, sehingga penanganannya harus ekstra hati-hati. Jadi, jika bisa dirawat di ruang rawat inap, maka segera kami pindah," jelasnya. (jay/sul/es/humasprov)

Pewarta:

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2016