Samarinda, (ANTARA Kaltim) - Kredit macet sektor pertambangan di Provinsi Kalimantan Timur tercatat paling tinggi ketimbang sektor lain yang menggunakan jasa bank dalam meningkatkan modal usaha, yakni mencapai 43,70 persen berdasarkan data hingga Juli 2016.

 

 "Total nilai kredit hingga Juli 2016 di Kaltim mencapai Rp66,095 triliun. Dari jumlah itu, untuk sektor pertambangan menyerap kredit Rp11,199 triliun dan terdapat 43,70 persen yang bermasalah," ujar Deputi Kepala Bank Indonesia Kantor Perwakilan Kaltim Harry Aginta di Samarinda, Senin.

 

 Pada 2015, kredit bermasalah sektor pertambangan sebesar 22,87 persen, namun hingga Juli 2016 mengalami kenaikan hampir dua kali lipat.

 

 Mengingat begitu tingginya kredit sektor pertambangan bermasalah, lanjutnya, BI Kaltim sejak tahun lalu telah meminta perbankan waspada terhadap kredit di sektor pertambangan, karena sejak beberapa tahun sebelumnya pasar global tambang batu bara terus menurun.

 

 Ia melanjutkan terdapat belasan sektor ekonomi yang menyerap dana bank hingga Juli dengan total "non-performing loan" (NPL) atau kredit bermasalah mencapai 8,01 persen. Angka ini mengalami kenaikan ketimbang tahun sebelumnya yang NPL-nya 6,16 persen.

 

 Kredit macet tertinggi kedua pada 2015 adalah sektor jasa kemasyarakatan sebesar 18,09 persen, kemudian pada Juli 2016 NPL-nya naik hingga mencapai 21,61 persen dari total serapan kredit Rp1,366 triliun.

 

 Selanjutnya NPL sektor transportasi dan komunikasi pada 2015 sebesar 17,79 persen, kemudian pada Juli 2016 naik menjadi 19,31 persen dari total Rp6,389 triliun.

 

 Untuk NPL sektor konstruksi pada 2015 sebesar 13,54 persen, namun hingga Juli 2016 NPL-nya naik menjadi 18,68 persen dari total kredit Rp5,071 triliun.

 

 "Tadinya kami berharap sektor konstruksi bisa membuat ekonomi daerah tidak terpuruk terlalu dalam, tapi karena terbitnya Peraturan Menteri Keuangan Nomor 125/PMK.07/2016 tentang Penundaan Penyaluran sebagian Dana Alokasi Umum (DAU), berbagai kegiatan atau pembangunan di daerah juga ikut terhenti yang berimbas pada lambatnya perputaran ekonomi," katanya.

 

 Untuk sektor pertanian, lanjutnya, termasuk sektor yang pertumbuhannya masih bagus walaupun kreditnya masih ada yang bermasalah, yakni dari total kredit pertanian hingga Juli 2016 yang sebesar Rp18,36 triliun, NPL-nya sebesar 1,48 persen. *

Pewarta: Muhammad Ghofar

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2016