Samarinda (ANTARA Kaltim) -  Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Provinsi Kalimantan Timur mendorong masyarakat untuk beralih menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang seperti implan atau susuk, spiral atau IUD, metode operasi wanita maupun metode operasi pria.

"Tingginya angka kematian ibu melahirkan dan bayi baru lahir akibat faktor 4T menjadi alasan mengajak akseptor dari KB jangka pendek beralih ke KB jangka panjang," ujar Kepala BKKBN Provinsi Kaltim Sukaryo Teguh Santoso di Samarinda, Kamis.

Berdasarkan laporan dari Pelayanan Keluarga Berencana Rumah Sakit (PKBRS), lanjutnya, KB pascapersalinan dan pascakeguguran di rumah sakit pemerintah dan klinik bersalin swasta pada 2015, pencapaian KB pascapersalinan berupa IUD sebanyak 1.992 peserta.

Kemudian MOW (metode operasi wanita) 1.796 peserta, implan 246 peserta, KB suntik 1.227 peserta, dan KB dengan mengkonsumsi pil sebanyak 489 peserta.

Sedangkan capaian KB pascakeguguran dengan menggunakan IUD sebanyak 90 peserta, MOW 69 peserta, implan 8 peserta, suntik 59 peserta, pil 53 peserta, dan kondom 222 peserta.

Berdasarkan data Sensus Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, tambah Sukaryo, secara nasional angka kematian ibu sebanyak 359 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan angka kematian bayi 32 per 1000 kelahiran.

Menurut ia, masih tingginya kematian ibu dan bayi di Indonesia disebabkan faktor 4T, yakni terlalu muda melahirkan, terlalu tua melahirkan, terlalu dekat jarak melahirkan, dan terlalu sering melahirkan.

Ia menambahkan kehamilan dengan usia lebih dari 35 tahun akan memicu banyak komplikasi saat mengandung dan melahirkan. Kemudian terlalu rapat melahirkan berisiko menyebabkan kematian, baik bagi ibu yang melahirkan maupun bayi yang baru lahir.

Untuk itu, Sukaryo menyarankan kepada para ibu agar minimal memberi jarak tiga tahun antara kelahiran anak yang sebelumnya dan kelahiran yang berikutnya.

Ia juga mengimbau memiliki dua anak saja agar dalam rumah tangga tidak terlalu banyak masalah.

Sedangkan guna menurunkan angka kematian ibu dan bayi, maka ia mengajak menghindari 4T, meminta petugas meningkatkan pelayanan KB, dan akseptor yang yang menggunakan alat kontrasepsi jangka pendek beralih menggunakan kontrasepsi jangka panjang.

"BKKBN harus terus melakukan sosialisasi program kependudukan dan KB, sehingga masyarakat memahami akan pentingnya mengikuti KB yang dampak positifnya sangat luas," ujarnya.

Selain itu, BKKBN bersama pemerintah daerah harus terus memeberikan pengertian terkait pendewasaan usia pernikahan minimal 21 tahun, karena sudah banyak penelitian yang menemukan, sel-sel reproduksi wanita di bawah usia tersebut belum matang, termasuk secara mental belum matang.(*)

Pewarta: M Ghofar

Editor : Rahmad


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2016