Jakarta (ANTARA News) - Kepala Badan Koordinasi Penananaman Modal Franky Sibarani mengatakan kendala utama yang dihadapi investor dalam merealisasikan investasinya di Indonesia adalah kepastian pasokan energi listrik dan perizinan terkait lahan dan tata ruang.

Dalam jumpa pers di Jakarta, Senin, Franky mengatakan sejumlah masalah tersebut dikeluhkan para investor dalam kunjungannya ke delapan proyek investasi di Banten dan Jawa Tengah 9-12 Juni lalu.

"Seperti telah kami sampaikan sebelumnya, BKPM melakukan 'sampling' terhadap 100 proyek investasi yang sedang memasuki masa konstruksi, dan tidak melaporkan adanya hambatan ke BKPM. Kunjungan yang kami lakukan ke delapan proyek juga dapat mengidentifikasi permasalahan yang potensial menghambat realisasi proyek investasi tersebut," katanya.

Franky menambahkan masalah lain yang juga disampaikan investor adalah terkait perizinan daerah yang peraturannya terduplikasi antara satu ketentuan perundang-undangan dengan lainnya.

Beberapa masalah yang dicatat BKPM antara lain kepastian pasokan listrik dari PLN yang dihadapi oleh PT Cemindo Gemilang yang mengerjakan proyek pabrik Semen di Lebak, Banten, dan PT Rayon Utama Makmur yang sedang mengerjakan proyek serat rayon bahan baku benang di Sukoharjo, Jawa Tengah.

Sementara persoalan perizinan terkait lahan dan tata ruang dialami oleh PT Kukdong Apparel Batang, yang sedang melakukan perluasan pabrik tekstilnya di Kabupaten Batang Jawa Tengah.

Franky menjanjikan untuk segera berkoordinasi dengan PT PLN (Persero) dan kementerian/lembaga terkait guna memecahkan masalah tersebut.

Dia memastikan pihaknya berusaha agar masalah tersebut tidak menghambat proses realisasi investasi karena potensinya cukup besar untuk menggerakkan perekonomian.

"Dari delapan proyek tersebut, apabila dari rencana investasi sebesar Rp50,7 triliun dapat cepat diselesaikan, akan terjadi penambahan penyerapan tenaga kerja langsung sebanyak 10.000 orang. Sekarang ini realisasinya mencapai Rp26,2 triliun," katanya.

Menurut dia, jika delapan proyek itu selesai, diproyeksikan ada potensi ekspor produk hingga 800 juta dolar AS per tahun dan substitusi impor sebesar 810 juta dolar per tahun.

Terlebih lagi, lanjut Franky, ada tambahan pembangkit listrik hingga kapasitas 986 MW yang akan dibangun untuk mendukung investasi tersebut. "Pembangkit listrik itu terbagi menjadi 324 MW untuk keperluan sendiri dan sebanyak 662 MW untuk kepentingan umum," katanya. (*)

Pewarta: Ade Irma Junida

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2015