Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Mahakam Berau (BPDAS-MB) Samarinda, Kaltim, libatkan pelajar SMA/sederajat untuk mencetak pahlawan lingkungan hijau (green heroes) masa depan.
"Kami memang melibatkan para pelajar yang tergabung dalam Green Youth Movement (GYM), untuk kampanye pelestarian lingkungan guna mengurangi pemanasan global. Pertimbangannya karena para Gen Z ini akan menggantikan milenial, Gen X dan seterusnya," kata Kasi Penguatan Kelembagaan DAS pada BPDAS-MB Samarinda, Solehudin di Samarinda, Sabtu.
GYM merupakan program pendidikan dasar gerakan lingkungan hidup yang menyediakan wadah bagi para generasi muda, untuk bertukar pengetahuan dalam melindungi dan mengelola lingkungan hidup secara lestari.
Dalam binaan BPDAS-MB Samarinda terdapat enam kelompok GYM yang tersebar pada sejumlah kabupaten/kota di Provinsi Kaltim, antara lain di Kota Samarinda, Balikpapan, dan Bontang.
Sedangkan sekitar 20 orang Gen Z yang tergabung dalam GYM di Samarinda kali ini diboyong oleh BPDAS-MB Samarinda ke Sekolah Sungai Karang Mumus (Sesukamu) Samarinda, untuk belajar mengelola alam, baik belajar teori mengenai fungsi lingkungan maupun belajar langsung tentang ekosistem sungai.
Menurut Soleh, panggilan akrabnya, para pelajar yang diboyong tersebut juga diharapkan belajar banyak tentang alam, kemudian diminta banyak bertanya karena dari Sesukamu Samarinda ini, telah mampu mencetak seorang Misman menjadi "green heroes" yang sudah memperoleh penghargaan Kalpataru.
Misman seorang peraih Kalpataru yang merupakan pengelola Sesukamu, sekaligus Ketua Gerakan Memungut Sehelai Sampah Sungai Karang Mumus (GMSS-SKM) Samarinda, menjawab penuh antusias tiap pertanyaan yang hampir ditanyakan anggota GYM Samarinda tersebut.
Misman mengaku perjuangan menanam pohon yang dimulai delapan tahun lalu (sejak 2015) teramat banyak tantangan, seperti pohon endemik sungai yang ditanam di riparian kerap dicabut dan dibakar orang, ditanam lagi dibakar lagi, itu terjadi berulang-ulang, bahkan banyak peralatan untuk menanam dan merawat sungai pun hilang dicuri orang.
Mereka mencabut dan membakar pohon yang telah ditanam, karena warga setempat harus menanami lahan tersebut dengan tanaman produktif seperti jagung, singkong, pisang dan lainnya, padahal lahan tersebut merupakan jalur hijau dan merupakan lahan milik sungai, bukan milik masyarakat.
"Tapi hal yang terpenting adalah konsistensi. Begitu dapat masalah lalu kita berhenti, maka usaha apapun akan sia-sia. Kita harus konsisten menjaga lingkungan tetap hijau, karena manfaatnya bukan hanya untuk manusia yang memperoleh udara bersih, tapi juga untuk makhluk lain seperti burung, primata, ikan, udang, bahkan hingga plankton," kata Misman.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2023
"Kami memang melibatkan para pelajar yang tergabung dalam Green Youth Movement (GYM), untuk kampanye pelestarian lingkungan guna mengurangi pemanasan global. Pertimbangannya karena para Gen Z ini akan menggantikan milenial, Gen X dan seterusnya," kata Kasi Penguatan Kelembagaan DAS pada BPDAS-MB Samarinda, Solehudin di Samarinda, Sabtu.
GYM merupakan program pendidikan dasar gerakan lingkungan hidup yang menyediakan wadah bagi para generasi muda, untuk bertukar pengetahuan dalam melindungi dan mengelola lingkungan hidup secara lestari.
Dalam binaan BPDAS-MB Samarinda terdapat enam kelompok GYM yang tersebar pada sejumlah kabupaten/kota di Provinsi Kaltim, antara lain di Kota Samarinda, Balikpapan, dan Bontang.
Sedangkan sekitar 20 orang Gen Z yang tergabung dalam GYM di Samarinda kali ini diboyong oleh BPDAS-MB Samarinda ke Sekolah Sungai Karang Mumus (Sesukamu) Samarinda, untuk belajar mengelola alam, baik belajar teori mengenai fungsi lingkungan maupun belajar langsung tentang ekosistem sungai.
Menurut Soleh, panggilan akrabnya, para pelajar yang diboyong tersebut juga diharapkan belajar banyak tentang alam, kemudian diminta banyak bertanya karena dari Sesukamu Samarinda ini, telah mampu mencetak seorang Misman menjadi "green heroes" yang sudah memperoleh penghargaan Kalpataru.
Misman seorang peraih Kalpataru yang merupakan pengelola Sesukamu, sekaligus Ketua Gerakan Memungut Sehelai Sampah Sungai Karang Mumus (GMSS-SKM) Samarinda, menjawab penuh antusias tiap pertanyaan yang hampir ditanyakan anggota GYM Samarinda tersebut.
Misman mengaku perjuangan menanam pohon yang dimulai delapan tahun lalu (sejak 2015) teramat banyak tantangan, seperti pohon endemik sungai yang ditanam di riparian kerap dicabut dan dibakar orang, ditanam lagi dibakar lagi, itu terjadi berulang-ulang, bahkan banyak peralatan untuk menanam dan merawat sungai pun hilang dicuri orang.
Mereka mencabut dan membakar pohon yang telah ditanam, karena warga setempat harus menanami lahan tersebut dengan tanaman produktif seperti jagung, singkong, pisang dan lainnya, padahal lahan tersebut merupakan jalur hijau dan merupakan lahan milik sungai, bukan milik masyarakat.
"Tapi hal yang terpenting adalah konsistensi. Begitu dapat masalah lalu kita berhenti, maka usaha apapun akan sia-sia. Kita harus konsisten menjaga lingkungan tetap hijau, karena manfaatnya bukan hanya untuk manusia yang memperoleh udara bersih, tapi juga untuk makhluk lain seperti burung, primata, ikan, udang, bahkan hingga plankton," kata Misman.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2023