Sekretaris Tim Percepatan Penanganan Stunting (TPPS) Kabupaten Paser, Kalimantan Timur Amir Faisol mengatakan, tiga dari sepuluh kecamatan di kabupaten rawan terpapar kekurangan gizi akut, atau stunting.
"Tiga kecamatan rawan stunting yakni, Kecamatan Tanjung Harapan, Muara Samu, dan Long Ikis," kata Amir, di sela-sela acara Peningkatan Kapasitas Bagi Pelaku Penanganan Stunting di Tanah Grogot, Paser, Kaltim, Rabu (2/8).
Berdasarkan hasil survei analis gizi 2022, lanjut Amir, prevalensi penyakit stunting di Kabupaten Paser sebesar 24,9 persen, atau di atas prevalensi nasional sebesar 21 persen.
Pemerintah Kabupaten Paser, merujuk hasil survei itu, terus berupaya menekan angka stunting dengan melibatkan pemangku kepentingan hingga tingkat desa.
“Penanganan stunting akibat gizi buruk perlu persamaan persepsi di kalangan penggerak dari tingkat kabupaten hingga desa,” katanya.
Baca juga: Pemkab Paser dukung program Polri Peduli Stunting
Amir mengatakan salah satu upaya TPPS Paser menurunkan angka stunting yaitu dengan peningkatan kapasitas kepada penggerak penurunan stunting.
“TPPS Kabupaten secara berkelanjutan memberikan pembekalan kepada para penggerak penanganan stunting di desa-desa dengan dipusatkan di kecamatan masing-masing,’ katanya.
Peningkatan kapasitas pelaku atau penggerak penurunan stunting yang dilaksanakan di kecamatan, diikuti para kader pembangunan manusia di desa, kader tim pendamping keluarga sekecamatan, dan para aparatur desa.
Amir menambahkan penanganan stunting di desa mendapatkan dukungan anggaran dari APBDes sebesar 10-20 persen.
"Dana tersebut bisa untuk pemenuhan gizi bayi berisiko stunting, penyuluhan, atau penguatan kapasitas kader," ucapnya.
Baca juga: Posyandu di Paser gunakan timbangan digital untuk deteksi dini stunting
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2023
"Tiga kecamatan rawan stunting yakni, Kecamatan Tanjung Harapan, Muara Samu, dan Long Ikis," kata Amir, di sela-sela acara Peningkatan Kapasitas Bagi Pelaku Penanganan Stunting di Tanah Grogot, Paser, Kaltim, Rabu (2/8).
Berdasarkan hasil survei analis gizi 2022, lanjut Amir, prevalensi penyakit stunting di Kabupaten Paser sebesar 24,9 persen, atau di atas prevalensi nasional sebesar 21 persen.
Pemerintah Kabupaten Paser, merujuk hasil survei itu, terus berupaya menekan angka stunting dengan melibatkan pemangku kepentingan hingga tingkat desa.
“Penanganan stunting akibat gizi buruk perlu persamaan persepsi di kalangan penggerak dari tingkat kabupaten hingga desa,” katanya.
Baca juga: Pemkab Paser dukung program Polri Peduli Stunting
Amir mengatakan salah satu upaya TPPS Paser menurunkan angka stunting yaitu dengan peningkatan kapasitas kepada penggerak penurunan stunting.
“TPPS Kabupaten secara berkelanjutan memberikan pembekalan kepada para penggerak penanganan stunting di desa-desa dengan dipusatkan di kecamatan masing-masing,’ katanya.
Peningkatan kapasitas pelaku atau penggerak penurunan stunting yang dilaksanakan di kecamatan, diikuti para kader pembangunan manusia di desa, kader tim pendamping keluarga sekecamatan, dan para aparatur desa.
Amir menambahkan penanganan stunting di desa mendapatkan dukungan anggaran dari APBDes sebesar 10-20 persen.
"Dana tersebut bisa untuk pemenuhan gizi bayi berisiko stunting, penyuluhan, atau penguatan kapasitas kader," ucapnya.
Baca juga: Posyandu di Paser gunakan timbangan digital untuk deteksi dini stunting
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2023