Penajam (ANTARA Kaltim) - Petani di Desa Sebakung Jaya, Kecamatan Babulu, Kabupaten Penajam Paser Utara, mengeluhkan serangan tikus yang berasal dari kawasan perkebunan kelapa sawit
Salah seorang petani Desa Sebakung Jaya, Munirun, Kamis menyatakan, sejak tiga tahun terakhir produksi padi mengalami penurunan drastis.
“Kalau sudah menanam padi, hama tikus selalu merajalela. Bahkan, padi yang baru ditanam saja sudah diserang, sehingga mau tidak mau kami terpaksa menanam lagi. Ini sudah berlangsung sejak tiga tahun terakhir dan sangat merugikan petani," jelasnya.
Kondisi itu kata dia terjadi sejak adanya kebun kelapa sawit di sekitar sawahnya, tiga tahun terakhir.
Bahkan lanjut dia, luas lahan kebun sawit itu mencapai 30 hektare, sehingga jumlah tikus yang menyerang padinya mencapai ratusan ekor.
Sebelum adanya kebun kelapa sawit kata dia, setiap satu kali panen mampu memproduksi 130 karung padi.
"Namun, sejak adanya kebun kelapa sawit produksinya menurun sampai 50 karung untuk setiap satu hektare. Coba bayangkan penurunan itu lebih 50 persen. Pokoknya selama tiga tahun ini kami tidak pernah lagi merasakan peningkatan produksi,†ucapnya.
Para petani Sebakung Jaya kata dia telah melakukan berbagai upaya untuk menghentikan serangan hama tikus tersebut, namun tidak pernah berhasil.
"Pohon kelapa sawit tersebut menjadi sarang bagi tikus, sementara padi merupakan musuh utama padi. Ironisnya, pemilik kebun sawit itu merupakan seorang petugas penyuluh lapangan (PPL) yang bertugas disini," katanya.
Munirun yang mengaku memiliki 15 hektare sawah ini khawatir para petani akan beralih menanam kelapa sawit.
"Jika itu terjadi, maka Babulu khususnya Desa Sebakung Jaya tidak lagi menjadi daerah lumbung padi. kami sudah berusaha untuk menghalau serangan tikus, namun tidak pernah berhasil," ujarnya.
Ketua perkumpulan petani pengguna air (P3A) Desa Sebakung Jaya, Gatot mengatakan, selama ini desa itu menjadi lumbung padi yang mensuplai kebutuhan bukan hanya di Penajam Paser Utara tetapi juga di beberapa kabupaten/kota di Kaltim.
"Kondisi yang dialami petani saat ini adalah, serangan hama tikus setiap musim tanam. Hal ini terjadi, karena banyaknya areal bersawahan yang dialih fungsikan menjadi kebun kelapa sawit," katanya.
“Penghasilan dari menanam padi dengan sawit itu 1 berbanding 10. Jadi, lebih menguntungkan jika para petani menanam sawit. Kondisi ini tentunya sangat menghawatirkan sebab tidak menutupkemungknan mereka (petani) akan beralih menanam sawit. Jadi, pemerintah harus segera bertindak, agar jangan sampai para petani nanti tidak lagi mau menanam pada, selain terus merugi akibat serangan hama tikus juga menilai, petugas PPL saja menanam sawit,†tegasnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2013
Salah seorang petani Desa Sebakung Jaya, Munirun, Kamis menyatakan, sejak tiga tahun terakhir produksi padi mengalami penurunan drastis.
“Kalau sudah menanam padi, hama tikus selalu merajalela. Bahkan, padi yang baru ditanam saja sudah diserang, sehingga mau tidak mau kami terpaksa menanam lagi. Ini sudah berlangsung sejak tiga tahun terakhir dan sangat merugikan petani," jelasnya.
Kondisi itu kata dia terjadi sejak adanya kebun kelapa sawit di sekitar sawahnya, tiga tahun terakhir.
Bahkan lanjut dia, luas lahan kebun sawit itu mencapai 30 hektare, sehingga jumlah tikus yang menyerang padinya mencapai ratusan ekor.
Sebelum adanya kebun kelapa sawit kata dia, setiap satu kali panen mampu memproduksi 130 karung padi.
"Namun, sejak adanya kebun kelapa sawit produksinya menurun sampai 50 karung untuk setiap satu hektare. Coba bayangkan penurunan itu lebih 50 persen. Pokoknya selama tiga tahun ini kami tidak pernah lagi merasakan peningkatan produksi,†ucapnya.
Para petani Sebakung Jaya kata dia telah melakukan berbagai upaya untuk menghentikan serangan hama tikus tersebut, namun tidak pernah berhasil.
"Pohon kelapa sawit tersebut menjadi sarang bagi tikus, sementara padi merupakan musuh utama padi. Ironisnya, pemilik kebun sawit itu merupakan seorang petugas penyuluh lapangan (PPL) yang bertugas disini," katanya.
Munirun yang mengaku memiliki 15 hektare sawah ini khawatir para petani akan beralih menanam kelapa sawit.
"Jika itu terjadi, maka Babulu khususnya Desa Sebakung Jaya tidak lagi menjadi daerah lumbung padi. kami sudah berusaha untuk menghalau serangan tikus, namun tidak pernah berhasil," ujarnya.
Ketua perkumpulan petani pengguna air (P3A) Desa Sebakung Jaya, Gatot mengatakan, selama ini desa itu menjadi lumbung padi yang mensuplai kebutuhan bukan hanya di Penajam Paser Utara tetapi juga di beberapa kabupaten/kota di Kaltim.
"Kondisi yang dialami petani saat ini adalah, serangan hama tikus setiap musim tanam. Hal ini terjadi, karena banyaknya areal bersawahan yang dialih fungsikan menjadi kebun kelapa sawit," katanya.
“Penghasilan dari menanam padi dengan sawit itu 1 berbanding 10. Jadi, lebih menguntungkan jika para petani menanam sawit. Kondisi ini tentunya sangat menghawatirkan sebab tidak menutupkemungknan mereka (petani) akan beralih menanam sawit. Jadi, pemerintah harus segera bertindak, agar jangan sampai para petani nanti tidak lagi mau menanam pada, selain terus merugi akibat serangan hama tikus juga menilai, petugas PPL saja menanam sawit,†tegasnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2013