Samarinda (ANTARA Kaltim) - Olahragawan dalam beberapa dasawarsa di Indonesia, apalagi Kalimantan Timur, bukanlah profesi yang diperebutkan. Salah satu alasan logis, yakni bidang olahraga kurang menjanjikan masa depan yang sejahtera.

Banyak kasus, misalnya sejumlah atlet yang begitu dipuja-puja namun terpuruk ketika bintangnya mulai memudar, bahkan ada yang akhirnya menjual medali emas yang dulunya ia bangga-banggakan untuk sekedar menyambung hidup.

Salah satunya, Marina Segedi, mantan atlet pencak silat nasional asal Jakarta ini pernah menjadi pahlawan bagi bangsa saat mempersembahkan medali emas di SEA Games Filipina, 1981.

Wanita yang kini berusia hampir setengah abad dan pernah juara tingkat Asia di Singapura itu terpaksa menjual medali emas demi menyambung hidup. Sehari-hari wanita yang sudah berpisah dengan suaminya itu rela menjadi sopir taksi Blue Bird untuk menghidupi dua orang anaknya.

Sejumlah mantan atlet di daerah pun, termasuk di Kaltim juga banyak mengalami nasib serupa.

Namun, khusus di Kalimantan Timur kini secara perlahan masa depan bagi olahragawan mulai membaik. Harus diakui bahwa, keberanian Kalimantan Timur mengajukan diri menjadi tuan rumah PON XVII-2008 adalah salah satu tonggak sejarah sehingga masa depan dunia olahraga dilirik.

Produk prestasi adalah konsekuensi logis dari penetapan Kaltim sebagai tuan rumah penghelatan akbar olahraga nasional empat tahunan itu.

Secara realistis, Kaltim menetapkan tiga sasaran untuk produk prestasi itu, yakni Sukses Penyelenggaraan, Sukses Prestasi dan Sukses Pemberdayaan Perekonomian Rakyat.

Salah satu strategi jitu Kaltim dalam meraih sukses prestasi adalah mematok bonus besar bahkan tertinggi secara nasional saat itu, yakni Rp150 juta untuk satu medali emas.

Bukan hanya bonus Rp150 juta, namun atlet berprestasi mendapat rezeki lain dari pembina (perusahaan dan pemerintah kabupaten/kota asal atlet).

Secara nasional, Kemenpora mencanangkan program pengangkatan atlet berprestasi menjadi PNS, khususnya untuk level dunia (Olimpiade), Asia (Asean Games dan SEA Games) serta PON.

Pemkab dan Pemkot di Kaltim juga sudah melakukan upaya untuk meningkatkan kesejahteraan itu, melalui program penerimaan PNS bagi atlet yang berprestasi.

Pada PON XVIII-2012 di Riau, Kaltim kembali menjanjikan bonus yang "wah", yakni Rp250 juta bagi medali emas guna mengobarkan semangat juang atletnya. Tampaknya, hal itu cukup berhasil karena Kaltim mampu menduduki posisi lima besar atau merebut tahta yang menjadi target utama tuan rumah "Negeri Lancang Kuning" (Riau).

Memang, program pada pemberian bonus dan menjadikan PNS bagi atlet berprestasi itu belum cukup signifikan memberikan jaminan bagi masa depan atlet. Salah satu faktornya, belum berimbang antara jumlah atlet yang ditampung dengan ketersediaan lowongan pekerjaan di pemerintahan.

Selain itu, tampaknya dengan ijazah hanya SMA maka ke depan sulit bagi atlet dalam meniti karir di pemerintahan.


Bonus Plus Rumah

Terkait upaya untuk memberikan jaminan masa depan lebih baik bagi para atlet, Ketua Umum KONI Kaltim Zuhdi Yahya dan Ketua I KONI Kaltim Andi Harun berinisiatif mengusulkan agar penghargaan kepada mereka yang berprestasi di PON XIX-2016 Jabar bukan sekedar bonus uang tetapi juga rumah.

Usul itu mendapat tanggapan positif dari Gubernur Kaltim H Awang Faroek Ishak.

Pemerintah Provinsi Kaltim bersama KONI Kaltim berencana membangun seratus lebih rumah untuk bonus atlet dan pelatih Kaltim peraih medali emas pada Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX/2016 di Jawa Barat.

Perumahan atlet dan pelatih tersebut selain dibangun di Samarinda, juga akan dibangun di Berau dan Balikpapan.

"Insya Allah, pada tahun 2014 pembangun perumahan untuk atlet bisa kita mulai sehingga pada PON Jabar nanti selain bonus duit kita juga akan memberikan rumah kepada atlet dan pelatih," kata Awang Faroek.

Gubernur meminta kepada Dispora dan KONI Kaltim untuk membahas lebih detail soal rencana pembangunan perumahan untuk atlet dan pelatih peraih medali emas di PON tahun 2016 di Jawa Barat nanti.

"Pokoknya kita minta berapa target medali emas yang dipatok KONI Kaltim, sebanyak itu juga kita membangunnnya. Tapi bila raihan medali emas lebih dari target yang dipatok, saya akan menambahnya. Ini semua demi kepentingan atlet Kaltim," katanya.

Ketua Umum KONI Kaltim Zuhdi Yahya mengatakan bahwa dalam waktu dekat ini akan meminta jajaran bidang pembinaan prestasi untuk menghitung detail target perolehan medali emas Kaltim pada PON tahun 2016 mendatang di Jawa Barat.

"Secepatnya akan kita sampaikan jumlah target medali emasnya. Kalau pada PON tahun 2012 lalu di Riau meraih 44 emas, tentu di PON tahun 2016 maksimal bias lebih," kata Zuhdi Yahya.


MoU KONI-Unmul

KONI Kalimantan Timur di bawah kepemimpinan Zuhdi Yahya kemudian melakukan sebuah terobosan lain dalam upaya meningkatkan kesejahteraan atlet dan memberikan jaminan kian menjanjikan bagi masa depan para olahragawan.

Terobosan yang mungkin bisa menjadi percontohan nasional itu, yakni menjalin kesepakatan kerja sama dengan universitas negeri agar atlet berprestasi nasional (peraih emas) PON bisa masuk ke perguruan tinggi tanpa tes.

Ide tersebut mendapat sambutan positif dari pihak Universitas Mulawarman yang ternyata sangat mendukung upaya pengembangan dunia olahraga di Bumi Etam tersebut.

Tidak begitu lama melakukan dialog melalui sebuah pertemuan silaturahmi, akhirnya hal itu bisa direalisasikan.

Ketua KONI Kaltim Zuhdi Yahya dan Rektor Unmul Rektor Unmul Prof Zamruddin Hasid disaksikan Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak di ruang Tepian lantai 2 Kantor Gubernur Kaltim (2/8) menandatangani nota kesepahaman bersama (MoU) tersebut.

Zuhdi Yahya mengatakan bahwa kerja sama ini merupakan bentuk perhatian kepada atlet berprestasi. Selain itu juga dapat memberikan motivasi bagi atlet meraih prestasi nasional.

"Semua pihak harus memiliki keperdulian terhadap masa depan atlet. Masa kejayaan atau usia emas seorang atlet sangat terbatas sehingga menjamin masa depannya perlu dukungan latar belakang pendidikan," katanya.

Oleh karena itu, Zuhdi berharap agar para atlet berprestasi bukan saja bisa mudah masuk perguruan tinggi, tetapi juga diberi beasiswa untuk kuliah hingga doktor sekalipun.

Ia berharap Pemprov Kaltim bisa melibatkan atlet berrestasi dalam program peningkatan sumberdaya manusia melalui bantuan program beasiswa "Kaltim Cemerlang".

KONI Kaltim dalam menindaklanjuti MoU itu, untuk tahap awal telah merekomendasikan delapan atlet agar diterima kuliah di Unmul.

Rektor Unmul Zamruddin menyatakan kebanggaannya melakukan kerja sama dengan KONI Kaltim serta berjanji mendukung penuh program tersebut untuk semua fakulas kecuali kedokteran yang harus tetap melalui seleksi murni.

Khusus di bidang pendidikan, Pemprov Kaltim telah menjalankan sebuah program cukup berhasil dengan memanfaatkan berbagai prasarana dan sarana PON XVII-2008 di Kalimantan Timur sudah mendirikan Sekolah Khusus Olahraga Internasional. (SKOI). Adanya, SKOI maka di Indonesia cuma ada dua lembaga sejenis, yakni di Kaltim dan Sekolah Ragunan Jakarta.

Tampaknya ke depan, bidang olahraga di Kaltim bukan saja sekedar menawarkan sebuah masa depan yang menjanjikan, namun profesi yang prestesius. (*)

Pewarta: Iskandar Zulkarnaen

Editor : Arief Mujayatno


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2013