Sangatta (ANTARA Kaltim) - Balai Taman Nasional Kutai (TNK) menggelar acara "Internasional Workshop on Conservation Orangutans and Habitat Restoration Kutai Nation Park" yang diikuti sekitar 70 peserta dari berbagai negara di Sangatta, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.

Workshop Internasional mengenai Konservasi Orangutan itu dibuka Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati Ditjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA) Kementerian Kehutanan RI Ir Novianto Bambang, Selasa (11/6), dengan Keynote Kepala Balai Taman Nasional Kutai, Dr Ir Erly Sukrismanto.

Sejumlah pakar dan aktivis LSM serta pemerhati orangutan dari Amerika Serikat, Sabah Malaysia, India, Cina dan Indonesia, hadir dalam acara itu untuk membahas pencegahan konflik antara manusia dengan orang utan.

Menurut Novianto Bambang, Workshop Internasonal diadakan untuk membicarakan bagaimana mengatasi konflik manusia dengan satwa khususnya orangutan.

"Workshop selama dua hari ini membahas bagaimana cara mengatasi konflik manusia dengan orang utan. Pemerintah tidak bisa menangani sendiri, makanya masyarakat dilibatkan," kata Novianto Bambang.

Dikatakannya, ada dua poin yang penting dalam workshop, pertama adalah habitat orangutan dalam beberapa tahun terakhir ini semakin hari semakin berkurang.

Hal itu, katanya, dikarenakan adanya berbagai macam perlakuan, seperti dekradasi hutan, perburuan dan perambahan dan sebagainya.

Habitat ini harus dikembalikan kepada alamnya, karena bagaimanapun juga orang utan dan satwa lain harus hidup dalam habitat yang baik bagi mereka.

"Fungsi orang utan adalah menjaga ekosistem, karena mereka memakan buah dan biji-bijian untuk disebar di hutan," katanya.

Kemudian yang kedua adalah bagaimana agar pemahaman kepada masyarakat, para pemangku kepentingan seperti kebun dan pemangku lainnya yang sama-sama mempunyai kawasan yang mana didalamnya ada hutannya.

"Orang utan jangan dianggap sebagai musuh, tapi bagaimana dari ekosisten yang berada di dalamnya. Oleh karena perlakuan pemangku kepentingan kepada orang utan itu penting," katanya.

Meningkatnya populasi manusia dan meluasnya pembangunan hingga merambah wilayah hutan, ujarnya, menyebabkan konflik-konflik sering terjadi antara manusia dengan orangutan.

"Menangani konflik manusia dengan orang utan alias kera besar, harus ditangani dengan serius. Oleh karena itu, melalui workshop ini langkah-langkah penanganan konflik antara manusia dan orangutan," katanya.

Kepala Balai Taman Nasional Kutai, Dr Ir Erly Sukrismanto, mengatakan dengan Workshop Internasional diharapkan melahirkan konsep-konsep yang nantinya mampu mengatasi penanganan konflik manusia dengan orangutan.

Sejumlah narasumber menjadi pembicara dalam workshop itu, yakni Dr Rob Shumaker dari Advancing Conservation at the Indianapolis, Anne Russon dari Workshop Aims and Overview, Dr F Slik, Xishuagbanna Tropical Botanical Garden, Chinese Academy of Sciences, Dr M Ancrenaz Hutan Sabah dari Orangutan in Palm Oil landscapes.

Kemudian dari Indonesia seperti Panut Hadi Siswoyo, OIC Sumatera, dari Nasional Gunung Lauser, Jarot dari BKSDA Kaltim, dan Dr Y Rayadin dari Universitas Mulawarman. (*)

Pewarta: Adi Sagaria

Editor : Arief Mujayatno


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2013