Samarinda (ANTARA Kaltim) - Hutan primer atau asli di Taman Nasional Kutai, yang berada di wilayah tiga kabupaten/kota di Kalimantan Timur, hanya tersisa 25 persen dari luasan kawasan itu yang mencapai 198.629 hektar.

"Saat ini, masih ada 25 persen hutan primer yang belum tersentuh manusia yang tersisa di TNK, sisanya merupakan hutan sekunder namun sebagian besar kelestarian ekosistem di dalamnya tetap terjaga. Berdasarkan peta tutupan lahan Taman nasional Kutai luasan hutan primer sejumlah 8.860 hektar sedangkan hutan sekunder sejumlah 137. 802 hektar," ungkap Kepala Balai TNK, Erli Sukrismanto, kepada wartawan yang mengikuti `Jurnalism Field Trip` Taman Nasional Kutai yang berlangsung 15-17 Maret 2013, Senin.

Selain akibat kebakaran yang menghanguskan sekitar 75 persen kawasan TNK pada 1997-1998, perambahan dan pencurian kayu menjadi penyebab terdegradasinya atau menurunnya kualitas hutan tropis rendah itu.

Taman Nasional Kutai lanjut Erli Sukrismanto berada di wilayah tiga kabupaten/kota di Kaltim yakni, 80 persen kawasan berada di Kabupaten Kutai Timur, 20 persen di Kabupaten Kutai Kartanegara dan 0,5 persen di Kota Bontang.

Sebanyak 15 persen kawasan TNK lanjut dia saat ini masih dalam proses pengajuan `enclace` atau alih fungsi menjadi APL (areal penggunaan lain) yang telah diajukan Pemerintah Kabupaten Kutai Timur ke Kementerian Kehutanan.

"Sejauh ini, belum ada keputusan dari Menteri Kehutanan terkait `enclave` seluas 23 ribu hektare kawasan TNK itu. Kami berharap, penetapan kawasan itu segera diputuskan dan apapun kebijakan, kami tetap akan mendukung," kata Erli Sukrismanto.



Keragaman Flora dan Fauna

TNK yang merupakan kawasan hutan tropis rendah memiliki beragam flora dan fauna yang masih terjaga, termasuk kayu ulin yang menjadi incaran para pembalak liar.

Untuk jenis flora, TNK memiliki 1.148 jenis tumbuhan yang telah teridentifikasi dan 32 diantaranya merupakan jenis anggrek, dua diantaranya serta terdapat 76 jenis `Dipterocarpaceae` serta 254 jenis tumbuhan obat.

Di kawasan Taman Nasional Kutai juga memiliki 80 jenis mamalia, 22 jenis diantaranya termasuk yang dilindungi, 368 jenis burung (88 jenis dilindungi) termasuk orangutan yang diperkirakan berjumlah 2.000 individu.

Selain keragaman flora dan fauna, TNK juga kata Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah I Sanggata, Kabupaten Kutai Timur, Hernowo Suprianto, memiliki potensi ekonomi yang cukup besar.

"Berdasarkan hasil valuasi ekonomi jasa lingkungan air pada 2012 diketahui bahwa nilai jasa lingkungan air Taman Nasional Kutai setara dengan 34 milyar rupiah lebih

per tahun. Nilai ini berasal dari kebutuhan domestik, perusahaan dan usaha lainnya. Dalam 25 tahun dengan perhitungan sederhana mencapai 440 milyar lebih," kata Hernowo Suprianto.

Walaupun belum pernah dihitung secara ekonomi kata dia, namun dengan keberadaan industri besar di sekitarnya Taman Nasional Kutai memberikan udara bersih dan menyerap emisi gas rumah kaca.

"Berdasarkan literatur penyakit yang peling banyak diderita oleh masyarakat di Kota Bontang dan Sangatta adalah ISPA (infeksi saluran pernafasan atas) sehingga keberadaan Taman Nasional Kutai sangat dibutuhkan," katanya.

Potensi lain lanjut Hernowo Suprianto, satu hektare hutan menghasilkan 0,6 ton oksigen untuk dikonsumsi oleh 1.500 penduduk per hari agar dapat bernafas dengan lega.

"Membuang 2,5 ton CO2 per tahun dari atmosfer atau enam kilogram CO2/batang per tahun. Menyimpan 900 meter kubik air tanah per-tahun. Meredam suara tujuh desibel per 30 meter jarak dari sumber suara, pada frekuensi kurang dari 1000 CPS dan menurunkan suhu 5-8 derajat celsius," ungkap Hernowo Suprianto.

Dari luas 198.629 hektare Taman Nasional Kutai juga dapat menghasilkan 119.177 ton oksigen untuk dikonsumsi oleh 297.943.500 penduduk per hari agar dapat bernafas dengan lega.

"Pada beberapa literatur menyebutkan bahwa hutan primer nilai serapan karbonnya 263 ton per hektare sedangkan hutan sekunder 95 ton per hektare, " katanya.

"Jika diasumsikan harga karbon per tonnya adalah Lima dolar Amerika maka nilai karbon Taman Nasional Kutai adalah 77.106.850 dolar Amerika atau jika dirupiahkan senilai Rp639.961.650.000 dengan nilai kurs rupiah Rp9000 per dolar. Sementara, potensi yang lain seperti udara bersih, bodiversity dan kesehatan, belum dapat dilakukan pendekatan perhitungannya," kata Hernowo Suprianto.  (*)

Pewarta: Amirullah

Editor : Arief Mujayatno


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2013