Samarinda  (ANTARA Kaltim) - Kampanye secara internasional dalam upaya penyelamatan keanekaragaman hayati Teluk Balikpapan, Kaltim berdampak positif, antara lain beberapa perusahaan yang selama ini dituding mengabaikan sektor lingkungan  kini mulai menghentikan kegiatan yang dianggap keliru itu.

"Beberapa perusahaan menanggapi kampanye internasional mengenai penyelamatan Teluk Balikpapan dari kerusakan lingkungan yang parah," kata penggiat lingkungan Teluk Balikpapan Stanislav Lhota di Balikpapan, Sabtu.

Tanggapan perusahaan yang beroperasi di Teluk Balikpapan itu ia sampaikan melalui siaran pers.

Ini berita yang sangat penting tentang kampanye untuk menyelamatkan Teluk Balikpapan dari ancaman ekspansi industri, imbuh Lhota yang juga seorang peneliti dari Departemen Zoologi, Universitas South Bohemia Republik Chechnya itu.

"Tampaknya bahwa komunitas internasional kebangkitan pada akhirnya. Dalam beberapa bulan terakhir, pemerintah setempat mengabaikan protes terhadap perluasan Kawasan Industri Kariangau (KIK), yang akan menyebabkan bencana ekologis di Teluk Balikpapan," papar  primatalog yang kini meneliti kehidupan berbagai satwa langka di Teluk Balikpapan, termasuk Bekantan  (Nasalis larvatus) itu.

Selain menyoroti kebijakan pemerintah daerah dalam membuka hutan dataran rendah di Teluk Balikpapan, pihaknya kini giat melakukan kampanye lingkungan internasional, yakni protes yang fokus pada perusahaan yang mengambil kesempatan dari usulan perluasan kawasan industri di kawasan itu.

 "Kegiatan perusahaan di sana telah mulai menghancurkan hutan mangrove dan meracunkan air laut di sepanjang pantai Teluk Balikpapan," ujar dia.

Ada dua perusahaan yang ia sebutkan, yakni  PT. Mekar Bumi Andalas (anak perusahaan Wilmar Group) dan PT. Dermaga Kencana Indonesia (anak perusahaan dari Kencana Agri Ltd Group) yang sedang melakukan kegiatan di kawasan itu.

"Ada kemungkinan besar bahwa perusahaan-perusahaan besar akan peduli dengan hilangnya reputasi yang baik dan memburuknya hubungan masyarakat. Memang, Wilmar sudah menanggapi kampanye dan menganggap serius menghentikan setiap pengembangan lebih lanjut di Teluk Balikpapan," ujar Lhota.

    
"Bio Diversity"

Teluk Balikpapan meskipun jaraknya sangat dekat dengan pusat Kota Minyak itu, namun memiliki "bio diversity" (keanekaragaman hayati) luar biasa karena hutan mangrovenya menjadi habitat Bekantan atau monyet hidung panjang terbesar di dunia.

Populasi bekantan mencapai 1.400 ekor di Teluk Balikpapan mewakili lima persen primata berbulu kuning itu di seluruh dunia.

Sedangkan di perairan Teluk Balikpapan juga terdapat beberapa jenis satwa langka. Termasuk Duyung (Dugon Dugon), yakni mamalia air yang keberadaannya kini benar-benar terancam punah di Indonesia.

Pada 1996 telah diusulkan bahwa dugong telah punah di Bumi Kalimantan. Tapi empat tahun kemudian atau 2000, Yayasan RASI (Rare Aquatic Species Indonesia) kembali menemukan keberadaan mamalia itu di Teluk Balikpapan.

Di Teluk Balikpapan juga ditemukan  Pesut Mahakam (orcaella brevirostris). Penemuan Pesut Mahakam di Teluk Balikpapan oleh seorang peneliti asing belum lama ini dianggap hal mencenangkan.

Pasalnya, selain Pesut selama ini dianggap hanya ada di Sungai Mahakam, juga ekosistem Teluk Balikpapan adalah air payau (asin) bukan air tawar seperti habitat Pesut yang selama ini diketahui masyarakat.(*)

Pewarta: Iskandar Zulkarnaen

Editor : Arief Mujayatno


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Timur 2012