Indonesia terdepan dalam pengimplementasian DevOps di Asia Pasifik

Jakarta (Antara) -- CA Technologies (NASDAQ:CA) merilis hasil studi global tentang praktik Agile dan DevOps bertajuk 'Accelerating Velocity and Customer Value with Agile and DevOps', yang menunjukan bahwa Indonesia menjadi negara terdepan dalam pengimplementasian DevOps. Melibatkan 1770 eksekutif bisnis dan TI senior dari seluruh dunia, 799 diantaranya berasal dari kawasan Asia Pasifik dan Jepang (APJ), studi ini meneliti seputar dampak pengimplementasian Agile dan DevOps terhadap bisnis mereka.

Tercatat, 57 persen perusahaan di Indonesia telah mengimplementasikan DevOps tingkat lanjut, dibandingkan negara-negara lain di kawasan APJ yang meliputi Australia (47 peresn), Hong Kong (33 persen), Singapura (27 persen), dan Jepang (24 persen).

Meskipun demikian, Indonesia menempati peringkat terbawah di APJ dalam hal pengimplementasian Agile, dengan hanya 22 persen. Lebih memprihatinkan lagi, dibandingkan dengan negara lain di APJ, Indonesia memiliki jumlah perusahaan paling banyak yang tidak mengimplementasikan Agile.

Para responden di Indonesia menyatakan integrasi alat, kurangnya keterampilan dan pengetahuan dalam organisasi, serta kendala anggaran merupakan alasan utama dari rendahnya pengimplementasian Agile.

Menariknya, walaupun tingkat implementasi Agile tingkat lanjut rendah, mayoritas perusahaan di Indonesia (91 persen) setuju bahwa Agile dan DevOps sangat penting untuk strategi transformasi digital yang sukses. Kenyataanya, perusahaan-perusahaan di Indonesia yang telah menerapkan Agile, DevOps, atau keduanya, melaporkan peningkatan yang tinggi, hingga 50 persen atau bahkan lebih, dalam berbagai bidang, mulai dari produktivitas karyawan, kualitas aplikasi, pengembangan proses, hingga anggaran TI.

"Jelas bahwa transformasi digital adalah kenyataan yang perlu dipikirkan oleh setiap bisnis untuk kesiapan mereka di masa depan," kata Nick Lim, wakil presiden CA Technologies ASEAN dan Tiongkok. "Penelitian kami telah menunjukkan bahwa dunia bisnis sangat menyadari fakta bahwa mereka harus 'bergerak untuk berubah' - yang berarti cukup Agile untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan pasar jika mereka ingin menang dalam era ekonomi aplikasi saat ini."

Lebih jauh, studi global ini membuktikan penggabungan kedua metodologi tersebut akan menghasilkan keuntungan bisnis yang signifikan. Berikut adalah sejumlah hasil yang didapat perusahaan yang mengadopsi Agile dan DevOps secara bersamaan:
  • Peningkatan pertumbuhan bisnis baru sebesar 86 persen
  • Peningkatan efisiensi operasional sebesar 65 persen
  • Peningkatan efisiensi biaya terkait TI dengan tambahan 135 persen dibandingkan yang hanya menerapkan Agile
  • Produktivitas karyawan meningkat hingga 27 persen
  • Kepuasan konsumen naik sebesar 59 persen
  • Pengalaman pelanggan naik hingga 78 persen

Fakta lainnya, 76 persen perusahaan di APJ yang menggunakan Agile dan DevOps menyatakan sukses dalam hal perekrutan dan retensi karyawan.

"Hasil penelitian kami sangat jelas - dipadukannya DevOps dengan Agile pada akhirnya akan menghasilkan peningkatan produktivitas, kepuasan pelanggan, hingga menciptakan konsumen yang setia," tutup Lim.

Editor: PR Wire
COPYRIGHT © ANTARA 2017