Jakarta (ANTARA News) - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto
mengatakan kenaikan harga bahan makanan menjadi penyumbang utama inflasi
Mei 2017 yang sebesar 0,39 persen.
"Kenaikan harga terjadi di seluruh kelompok pengeluaran, semua
mengalami inflasi dengan kisaran berbeda," kata Suhariyanto dalam jumpa
pers di Jakarta, Jumat.
Dengan inflasi pada Mei tercatat sebesar 0,39 persen, maka
inflasi tahun kalender Januari-Mei telah mencapai 1,67 persen dan
inflasi dari tahun ke tahun (year on year) 4,33 persen.
Suhariyanto mengatakan kelompok bahan makanan menyumbang inflasi
0,86 persen, karena mengalami kenaikan harga akibat tingginya permintaan
menjelang Ramadhan, yang masuk pada minggu keempat Mei 2017.
Beberapa komoditas yang kenaikan harganya menyumbang inflasi
adalah bawang putih yang menyumbang inflasi 0,08 persen, telur ayam ras
menyumbang 0,05 persen, daging ayam ras menyumbang 0,04 persen serta
beras, serta daging sapi dan cabai merah masing-masing menyumbang 0,01
persen.
"Untuk bawang putih, minggu keempat ini, harganya mulai turun.
Namun rata-rata bulan Mei, komoditas ini masih memberikan andil terhadap
inflasi," kata Suhariyanto.
Meski demikian terdapat komoditas yang harganya mulai mengalami
penurunan sehingga mampu menekan inflasi dan menyumbang deflasi yaitu
cabai rawit (0,04 persen), bawang merah (0,02 persen) dan tomat sayur
(0,01 persen).
Kelompok pengeluaran lain yang ikut menyumbang inflasi adalah
makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau (0,38 persen), terpengaruh
kenaikan harga nasi dengan lauk, rokok kretek dan rokok kretek filter.
"Namun, harga gula pasir mengalami penurunan dan menyumbang
deflasi 0,01 persen, karena kebijakan Kementerian Perdagangan yang
menetapkan harga eceran tertinggi," ujar Suhariyanto.
Kelompok pengeluaran lainnya adalah perumahan, air, listrik, gas
dan bahan bakar yang menyumbang inflasi sebesar 0,35 persen, karena
masih terdampak dari penyesuaian tarif listrik dengan daya 900 VA pada
periode ini.
"Penyesuaian tarif listrik ini menyumbang inflasi 0,06 persen.
Penyesuaian tarif pasca bayar pada Mei ini bisa berdampak pada Juni,"
tambah Suhariyanto.
Suhariyanto menambahkan kelompok kesehatan menyumbang inflasi
0,37 persen karena naiknya tarif rumah sakit dan kelompok sandang
mengalami inflasi 0,23 persen karena naiknya harga baju muslim
perempuan.
Sementara kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan,
ikut menyumbang inflasi sebesar 0,23 persen, karena naiknya harga bensin
jenis pertamax dan pertamax plus serta tarif angkutan udara.
"Meski demikian tarif pulsa untuk ponsel mengalami penurunan dan
tercatat deflasi pada Mei sebesar 0,01 persen," kata Suhariyanto.
Kelompok pengeluaran lainnya yaitu kelompok pendidikan, rekreasi
dan olahraga juga menyumbang inflasi sebesar 0,03 persen pada Mei 2017.
Secara keseluruhan, komponen harga bergejolak mempengaruhi
inflasi Mei karena mengalami inflasi hingga 0,91 persen, diikuti harga
diatur pemerintah 0,69 persen dan komponen inti sebesar 0,16 persen.
Sementara itu, dari 82 kota Indeks Harga Konsumen (IHK), sebanyak
70 kota tercatat mengalami inflasi dan 12 kota menyumbang deflasi pada
Mei 2017.
Inflasi tertinggi terjadi di Tual sebesar 0,96 persen dan
terendah terjadi di Sampit dan Bulukumba masing-masing sebesar 0,02
persen.
Sedangkan, deflasi tertinggi terjadi di Manado sebesar 1,13 persen dan terendah di Pematangsiantar sebesar 0,01 persen. (*)
Kenaikan Harga Makanan Penyumbang Utama Inflasi Mei
Jumat, 2 Juni 2017 14:08 WIB