Jakarta (ANTARA News) - Menteri BUMN Rini Soemarno meresmikan
pembentukan holding rumah sakit BUMN yang menggabungkan pengelolaan 70
rumah sakit milik perusahaan negara.
Peresmian pembentukan Holding RS BUMN atau Indonesia Healtcare
Corporation (IHC) dilakukan di Kantor Pusat PT Pertamina, Jakarta,
Rabu,malam yang disaksikan Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek, sejumlah
direksi BUMN, dan para dirut rumah sakit BUMN.
Ke-70 RS BUMN tersebut merupakan milik atau anak usaha dari PT Aneka
Tambang, PT Bukit Asam, PT Pelindo I-III, PT Pelni, PT Pertamina, PT
Petrokimia Gresik, PTPN I, PTPN II, PTPN III, PTPN IV, PTPN V, PTPN
VIII, PTPN X, PTPN XI, PTPN XII, PTPN XIII.
Selanjutnya Rumah Sakit milik Pupuk Kalimantan Timur, PT Pupuk
Kujang, PT Pupuk Sriwijaya, PT Sang Hyang Seri, PT Semen Indonesia, dan
RS PT Timah.
"Proses pembentukan IHC cukup panjang dan menantang yang memakan
waktu sekitar 1,5 tahun. Namun hasilnya seluruh RS BUMN bersinergi
memberikan pelayanan dengan standar kualitas yang tinggi," kata Rini.
Dengan begitu tambah Rini, jaringan RS BUMN lebih besar dan tangguh dengan pelayanan yang lebih canggih.
"Saya dan Ibu Nila (Menkes) tentu punya mimpi yang sama bagaimana RS
BUMN ini memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat luas.
Tidak hanya bagi karyawan BUMN tetapi publik di sekitar rumah sakit itu
berada," katanya.
Sementara itu, Menteri Kesehatan Nila F Moeloek mengapresiasi
Kementerian BUMN yang menggalang pembentukan IHC sebagai jaringan
pengelolaan RS BUMN sehingga bisa menjadi operator rumah sakit terbesar
di Indonesia.
Nila menjelaskan tingginya warga negara Indonesia yang berobat ke
luar negeri karena layanan rumah sakit di Indonesia belum sebagus di
negara lain seperti Malaysia dan Singapura.
"Tingginya angka medical tourism yang mencapai triliunan rupiah ke
luar negeri, dari sebagian segmen menengah atas Indonesia harus kita
atasi dengan terus berupaya meningkatkan kualitas pelayanan rumah
sakit," katanya.
Ia mengakui, pada era Jaminan Kesehatan Masyarakat pada 2014
sebanyak 80 persen pasien dirawat inap di rumah sakit, 20 persen rawat
jalan, seharusnya 20 persen dirawat inap dan 80 persen rawat jalan.
"IHC merupakan ide yang baik. Membentuk holding menjadi satu
kekuatan karena di satu memperkuat kualitas layanan dengan standar
tinggi, juga terjadi efisiensi," katanya.
Dicontohkan, rumah sakit yang awalnya memiliki keterbatasan keuangan
mengadakan peralatan dengan teknologi tinggi, namun dengan sinergi ini
pembelian peralatan canggih, penyediaan dokter-dokter serta perawat
kesehatan sudah semakin mudah.
"Saya juga berharap, IHC dengan jaringannya tersebut bisa menjadi
pelopor dalam memperluas telemedicin, di mana pasien rumah sakit di
manapun bisa melakukan konsultasi secara jarak jauh, sehingga kecepatan
diagnosa dan pemberian pengobatan pasien bisa lebih cepat dan tepat,"
kata Nila. (*)
70 Rumah Sakit BUMN Resmi "Holding"
Kamis, 23 Maret 2017 9:46 WIB