Jakarta (ANTARA News) - Gerakan anti-hoax yang digagas sekelompok
masyarakat pegiat dunia maya menimbulkan reaksi pro dan kontra di
kalangan netizen.
Pakar sains informatika Ismail Fahmi
menjelaskan reaksi positif netizen bermunculan terhadap gerakan
anti-hoax saat Masyarakat Indonesia Anti Hoax melakukan deklarasi
serentak di beberapa kota besar Indonesia pada 8 Januari 2017 lalu.
Menurut
pantuan di Twitter, media arus utama memberitakan hal positif tentang
gerakan anti-hoax dan mendapat respon positif pula dari netizen.
Sehari
setelahnya, muncul pendapat kontra terhadap gerakan tersebut. Ada yang
menyebut gerakan tersebut diisi oleh orang-orang yang menyebarkan berita
bohong.
"Mereka ada distrust... karena tidak ada interaksi, tidak ada channel," kata Ismail saat diskusi di The Habibie Center, Selasa (31/1) sore.
Menariknya,
meskipun berbeda pandangan mengenai penyebar hoax, kelompok yang
berseberangan juga memiliki semangat untuk melawan berita palsu.
Tantangan
terbesar gerakan anti hoax saat ini, menurut dia, adalah bagaimana
gerakan tersebut dapat dipercaya kelompok yang berpandangan sama maupun
oleh yang berbeda.
Ketua Masyarakat Indonesia Anti Hoax Septiaji
Eko Nugroho pada diskusi yang sama menyatakan mereka tidak menerima
bantuan dari institusi pemerintah untuk menjaga independensi.
Ia juga menyatakan perkumpulan tersebut merupakan komunitas lintas budaya. (*)
Gerakan Anti-Hoax Menuai Pro-Kontra
Rabu, 1 Februari 2017 10:50 WIB