Pemerintah tak ingin cerita buruk soal pelayanan katering untuk jamaah
haji Indonesia di Tanah Suci berulang. Tidak mau lagi sampai ada sajian
makanan yang basi atau rasanya tak keruan terhidang untuk jemaah yang
sedang menunaikan ibadah haji di Arab Saudi.
Direktorat
Penyelenggaraan Ibadah Haji Kementerian Agama berusaha meningkatkan
kualitas layanan katering untuk jamaah, yang membutuhkan asupan gizi
cukup untuk menjalankan ibadah haji yang juga menuntut kekuatan fisik
prima.
"Kita tak mau masakan rasa 'Nano-Nano' disuguhkan kepada
jamaah haji Indonesia," kata Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Sri
Ilham Lubis mengacu ke makanan dengan macam-macam rasa campur jadi satu.
Dia mengatakan tahun ini Panitia Penyelenggara Ibadah Haji
Indonesia (PPIH) Arab Saudi sepenuhnya mengontrol penyiapan makanan
untuk jamaah haji mulai dari penyiapan bahan baku seperti beras, sayur
mayur, ikan, daging ayam dan sapi, dan telur.
"Kita akan menempatkan petugas pengawas di sejumlah dapur perusahaan katering di Makkah dan Madinah," katanya.
Pengawasan penyiapan makanan jemaah haji tahun ini, ia
melanjutkan, juga meliputi pengawasan cara memasak, dan penggunaan bumbu
masak untuk memastikan hidangan yang tersaji bercita rasa Indonesia.
Kementerian Agama mempekerjakan seorang pengawas di setiap dapur
serta menugaskan ahli gizi, dan ahli tata boga untuk memeriksa dan
mengambil sempel makanan yang hendak didistribusikan.
Selain itu PPIH Arab Saudi telah meminta perusahaan katering yang dikontrak untuk menggunakan juru masak orang Indonesia.
Hanya
dengan cara itu, menurut Sri, masakan dengan cita rasa yang tidak
sesuai dengan lidah jamaah Indonesia dapat dihindari. Panitia
penyelenggara pelayanan jemaah haji juga mengupayakan menu makanan untuk
jamaah beragam.
Selain PPIH, otoritas setempat juga akan mengawasi seluruh proses penyiapan dan penyediaan makanan untuk jamaah haji.
"Rasa 'Nano-Nano' pada menu makanan bagi jamaah haji Indonesia
tidak akan hadir di sini. Itu kita jamin tak akan ada lagi," kata Sri.
Makanan Jamaah
Pada musim haji 1436 Hijriyah/2015 Masehi, pemerintah akan
memberikan makanan kepada jamaah haji selama di Makkah dan Madinah.
Di Makkah, makanan akan diberikan sehari sekali tujuh hari sebelum sampai sesudah wukuf di Arafah.
Meskipun
hanya sehari sekali, penyediaan makanan untuk jemaah selama di Makkah
diharapkan bisa mengurangi kesulitan mereka mendapatkan makanan dengan
cita rasa Tanah Air.
Pemberian makanan untuk jamaah di Arafah dan Mina (Armina) selama 8-13 Zulhijah diatur sedemikian rupa sehingga
jamaah tidak sampai kekurangan. Minuman akan terus menerus
disediakan karena cuaca panas pada musim haji tahun ini.
Sri menjelaskan pula bahwa khusus di Arafah, perusahaan katering
setempat akan memasak menggunakan kayu bakar karena penggunaan gas
dilarang di kawasan itu. "Cita rasanya bakal enak," katanya.
Sementara di Madinah, jamaah mendapat makanan dua kali sehari plus kudapan pada pagi hari.
Sri menyebut pemberian makanan untuk jemaah haji di Makkah tahun ini merupakan yang pertama dalam sejarah perhajian Indonesia.
Kementerian
Agama sebelumnya pernah mencoba menyediakan makanan untuk jamaah haji
Indonesia di Makkah, namun tidak sukses karena kepadatan kota pada puncak
musim haji menyebabkan penyaluran makanan terhambat.
Kontrak Katering
Sri Ilham Lubis mengatakan pemerintah menjalin kontrak dengan 25
perusahaan katering di Makkah dan 10 perusahaan katering di Madinah
untuk menyediakan makanan bagi jamaah haji.
Menurut dia, pemerintah sudah meneliti perusahaan-perusahaan tersebut dan menilai mereka punya rekam jejak baik.
Pemerintah
juga memperhitungkan kemampuan perusahaan dalam menyediakan layanan
dalam memilih perusahaan katering penyedia makanan untuk jamaah haji
Indonesia.
Selanjutnya pemerintah akan memeringkat
perusahaan-perusahaan katering yang sudah pernah digunakan supaya
selanjutnya lebih mudah memilih penyedia paket makanan untuk jamaah haji
di Tanah Suci.
Dia menjelaskan penyediaan makanan untuk jamaah haji merupakan bagian dari prasyarat penerapan program haji (e-hajj) dari pemerintah Arab Saudi.
Selain
itu, ia melanjutkan, ada keinginan kuat dari Kementerian Agama untuk
meningkatkan kualitas pelayanan jamaah haji di Arab Saudi.
Koordinator Harian PPIH Indonesia di Arab Saudi Dharmakirty
Syailendra Putra sebelumnya juga mengatakan bahwa penyediaan paket
makanan untuk jamaah haji merupakan prasyarat penerapan program
elektronik haji (e-hajj) 100 persen tahun depan.
Penerapan penuh program pemerintah Arab Saudi itu juga berdampak pada layanan penyediaan pemondokan dan transportasi.
"Kebijakan katering sudah termaktub dalam MoU dengan Pemerintah
Kerajaan Arab Saudi, dan tahun depan harus dilaksanakan bahwa semua
jamaah haji (selama) di Kota Makkah harus mendapat makan," katanya.
Menurut
ketentuan, semua perusahaan katering harus memiliki dapur, tempat
penyimpanan logistik, termasuk ruang dingin untuk menyimpan daging dan
sayuran agar tetap segar, yang lokasinya tidak jauh dari pemondokan
jamaah haji.
Dengan demikian, penyaluran makanan ke jamaah tidak akan terhambat saat puncak musim haji dan saat Kota Makkah padat.
PPIH
yakin tugas pembagian makanan untuk jamaah haji di Makkah bisa berjalan
baik karena tahun ini jumlah jamaah lebih sedikit dan pemondokan yang
dulu di 12 wilayah sekarang hanya di enam wilayah yakni Jarwal,
Misfalah, Masbahjin, Azizziyah, Sisyah dan Raudhah. (*)
Ikhtiar Menyuguhkan Hidangan Nikmat bagi Jamaah Haji
Rabu, 5 Agustus 2015 11:06 WIB